Foto : Freepik/ rawpixel.com

IntipSeleb – Segala jenis bullying bisa menimbulkan dampak fisikd an psikologis. Kecemasan, ketakutan, depresi, rendah diri, masalah perilaku, dan kesulitan akademis hanyalah beberapa tantangan yang mungkin dialami korban, termasuk cyberbullying.

Berbeda dari bullying lainnya yang seringkali terjadi di sekolah dan pelaku bullying bisa terlihat dan diketahui secara langsung, cyberbullying bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan dilakukan secara anonim.

Kesulitan untuk mengidentifikasi langsung sosok pelaku bullying di dunia maya, membuat mereka tidak memiliki rasa takut dipergoki dan bisa bertindak jauh lebih kejam lagi dari pelaku bullying di dunia nyata.

Dalam sebuah penelitian yang dilansir dari Verywellfamily pada Rabu, 28 Februari 2024, disebutkan bahwa gambar dan postingan di medsos lebih berbahaya dibandingkan dengan bullying yang diterima melalui chat atau telepon.

Meskipun cyberbullying bisa terjadi di ruang digital, seperti media sosial, cyberbullying juga bisa terjadi dalam bentuk chat pribadi yang membuat korban merasa sendirian dan perlu menjaga hal itu sebagai rahasia agar tak diketahui orang lain.

Menyadari semua dampak cyberbullying tidak hanya membantu kita lebih berempati kepada korban yang terdampak, tapi juga membantu kita menjadi lebih sadar akan tanda-tanda yang mungkin perlu diperhatikan.

Dampak Cyberbullying dari Segi Emosional

Foto : Freepik/ rawpixel.com

Tidak mengherankan, cyberbullying merupakan pemicu stres yang signifikan dalam kehidupan anak muda. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa 32% anak-anak yang menjadi cyberbullying melaporkan mengalami setidaknya satu gejala stres.

Selain merasa tertekan, korban cyberbullying juga mungkin merasa malu, sakit hati, bahkan takut akan keselamatannya. Mereka bahkan mungkin menyalahkan diri sendiri atas terjadinya cyberbullying.

1. Merasa terhina

Karena cyberbullying kerap terjadi di dunia maya, segala bentuk cyberbullying akan abadi. Sebab, segala yang terjadi di internet sulit untuk dihapuskan dan dibendung. Kkorban bisa terekspos sepanjang hidupnya, merasa malu, dan terganggu.

Ketika cyberbullying terjadi, postingan, chat, atau ketikan jahat tersebut bisa dibagikan ke banyak orang. Banyaknya orang yang mengetahui tentang hal tersebut bisa menimbulkan perasaan terhina yang mendalam.

2. Merasa terisolasi

Cyberbullying terkadang menyebabkan korban merasa dikucilkan dan terisolasi di lingkungannya. Akibatnya, mereka sering merasa sendirian dan terisolasi.

Pengalaman ini bisa sangat menyakitkan karena bagaimanapun pertemanan adalah sesuatu yang penting. Jika seseorang tidak memiliki teman, hal ini bisa menyebabkan lebih banyak lagi perundungan.

Ketika cyberbullying terjadi pada anak, orang tua terkadang menyarankan mereka untuk mematikan ponsel. Tapi, bagi anak-anak, penggunaan ponsel bisa dianggap sebagai cara efektif untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Dengan mematikan ponsel, seringkali berarti mereka harus memutus hubungan mereka dengan dunianya. Hal tersebut membuat mereka merasa semakin terisolasi lebih dalam lagi.

3. Amarah yang mendalam

Banyak korban cyberbullying akan marah atas apa yang terjadi pada mereka. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa amarah adalah respons paling umum terhadap cyberbullying.

Beberapa korban bahkan mungkin merencanakan balas dendam dan melakukan pembalasan. Selain menimbulkan masalah bagi mereka, pendekatan ini juga berbahaya karena bisa membuat mereka terjebak dalam lingkaran setan yang membahayakan.

Meskipun memaafkan pelaku terdengar lebih baik daripada membalas dendam, hal ini sulit sekali untuk dilakukan. Maka dari itu, korban cyberbullying sebaiknya berbicara dengan konselor atau terapis yang bisa mengajari mereka untuk menyalurkan kemarahan tersebut dengan cara yang produktif.

4. Merasa tidak berdaya

Korban cyberbullying seringkali sulit merasa aman. Mereka mungkin merasa rentan dan tidak berdaya. Biasanya, perasaan ini muncul karena penindasan online bisa menyerang kapan saja dan di mana saja, baik ketika mereka berada di tempat yang dianggap paling aman sekalipun. Alhasil, mereka tidak lagi mempunyai tempat untuk melarikan diri.

Selain itu, karena pelaku bullying tidak dapat disebutkan namanya, kesadaran ini dapat meningkatkan perasaan takut. Kadang-kadang, korban tidak tahu siapa yang menyebabkan rasa sakit tersebut, meskipun beberapa pelaku cyberbullying memilih orang yang mereka kenal dan tidak memiliki masalah dalam mengidentifikasi diri mereka sendiri.

Dampak Cyberbullying dari Segi Mental

Foto : Freepik/ rawpixel.com

Ketika cyberbullying terjadi, korban mungkin mempunyai hubungan yang berbeda dengan dunia di sekitar mereka dibandingkan orang lain. Bagi banyak orang, hidup terasa tanpa harapan dan tidak berarti.

Korban mungkin kehilangan minat pada hal-hal yang dulu mereka sukai dan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman. Dan dalam beberapa kasus, depresi dan suicidal thoughts bisa muncul.

5. Depresi dan kecemasan

Korban cyberbullying mungkin mengalami kecemasan, depresi dan kondisi terkait stres lainnya. Stres tambahan akibat menghadapi cyberbullying secara rutin dapat mencuri perasaan bahagia dan puas. Hal ini juga dapat meningkatkan perasaan khawatir dan terisolasi.

Penelitian secara konsisten mendukung gagasan bahwa meningkatnya tingkat cyberbullying menyebabkan tingkat depresi yang lebih tinggi. Faktanya, sebuah penelitian menemukan bahwa 93% korban cyberbullying melaporkan perasaan sedih, tidak berdaya, dan putus asa.

6. Merasa rendah diri

Cyberbullying seringkali berfokus pada hal-hal yang membuat korbannya merasa paling rentan. Hal tersebut dapat berdampak pada harga diri.

Sasaran cyberbullying mungkin mulai merasakan ketidakpuasan yang mendalam terhadap diri mereka. Akibatnya, mereka mulai meragukan value diri mereka.

Para peneliti berspekulasi bahwa karena kaum muda memiliki kebutuhan psikologis yang kuat untuk menjadi bagian dan diterima oleh kelompok sebaya, cyberbullying dapat menyebabkan ketidaksesuaian psikologis, penurunan kesejahteraan, dan pada akhirnya merasa rendah diri.

7. Masalah akademik

Korban cyberbullying mungkin kehilangan minat di sekolah. Akibatnya, tingkat ketidakhadiran mereka seringkali jauh lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami intimidasi.

Korban mungkin lebih memilih untuk bolos sekolah untuk menghindari cyberbullying karena mereka malu dan terhina oleh pesan-pesan yang dibagikan secara online.

Nilai akademik mereka mungkin juga menurun karena mereka sulit berkonsentrasi atau belajar. Dan dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin putus sekolah atau kehilangan minat untuk melanjutkan pendidikan.

8. Suicidal thoughts dan selfharming

Kadang-kadang, korban cyberbullying merespons perasaan depresi mereka dengan berbagai cara. Misalnya, ada yang melakukan selfharming atau menyakiti diri sendiri.

Selain itu, cyberbullying juga meningkatkan risiko bunuh diri. Korban yang terus mengalami perundungan seringkali mulai merasa putus asa dan satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa sakit tersebut adalah dengan mengakhiri hidup mereka. (jra)

Topik Terkait