Foto : Prakarsa.ID

IntipSeleb – USU dan MRPTNI Gelar Festival Kebangsaan Spektakuler, Satukan Akademisi, Musisi, dan Anak Muda dalam Energi Kreatif Kebangsaan MEDAN, Universitas Sumatera Utara (USU) bersama Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) sukses menggelar Festival Kebangsaan “GEMA KAMPUS” di Medan pada 7–8 November 2025. Festival ini menjadi platform nasional yang menyatukan akademisi, peneliti, musisi, seniman, mahasiswa, dan generasi muda dalam sebuah ekosistem kreatif. Mereka menggabungkan ide, inovasi, karya artistik, riset akademik, dan narasi kebangsaan dalam satu semangat.

USU berkolaborasi dengan MRPTNI, Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI), serta Universitas Prima Indonesia (UNPRI) menyelenggarakan kegiatan akbar ini. Inisiatif kolaboratif ini bukan sekadar acara, melainkan penegasan bahwa patriotisme tidak cukup menjadi slogan, tetapi harus terlahir, diciptakan, diolah, dan terungkap melalui kerja intelektual, energi kreatif, dan praksis budaya generasi kampus.

Hari pertama Festival Kebangsaan "GEMA KAMPUS" pada 7 November 2025 fokus pada edukasi teknis. UNPRI menjadi tuan rumah Coaching Clinic Music Scoring yang menghadirkan sesi teknis produksi musik digital untuk mahasiswa dan talenta kreatif muda. Sesi ini menegaskan bahwa komposisi audio dan scoring berfungsi sebagai medium peradaban visual–sonik masa kini, tempat imajinasi kebangsaan bisa diekspresikan melalui orkestrasi bunyi.

Pada 8 November 2025, festival memasuki format multi-lini yang berlangsung sehari penuh di USU. Sejak pagi, Lapangan Mini Stadion USU hidup dengan Pameran Inovasi dan Pop Art Market. Ruang ini mempertemukan produk kreatif, eksperimentasi visual, dan wirausaha mahasiswa.

Di waktu yang sama, Auditorium USU menjadi panggung utama Dialog Kebangsaan “Ekspresi Kita” yang mengangkat tema “Musik Menjangkau Jiwa”.

Dialog ini menghadirkan narasumber ternama, yaitu Alffy Rev, Shanna Shannon, Bimbim Slank, Novia Bachmid, dan Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si.

Dipandu oleh Dr. Ngatawi Al Zastrouw, sesi “Ekspresi Kita” ini berakhir dengan kolaborasi istimewa. Once Mekel dan enam mahasiswa berkolaborasi menyanyikan lagu “Menaklukkan Dunia”. Penampilan ini menjadi simbol kuat bahwa musik menembus batas identitas institusi dan menyatukan lintas generasi.

Siang hari, kegiatan bergeser ke Gedung Rektorat AULA DLCB USU lantai 8 untuk penyelenggaraan Rector’s Expressions (REx) #2. Forum prestisius ini mengambil tema “Inovasi Energi dan Rekonstruksi Budaya untuk Peradaban Berkelanjutan”.
Di forum ini, para pemenang Komptensi Karya Tulis Ilmiah Nasional kategori S1, S2, dan S3 mempresentasikan makalah mereka. MRPTNI sendiri menginisiasi kompetisi ini sebagai bagian dari rangkaian kegiatan REx.

Selanjutnya, Dialog Interaktif melibatkan para rektor dan pimpinan berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia. Mereka menghadirkan keynote speaker dan narasumber otoritatif seperti Aris Marsudiyanto, SE, MM (Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus Republik Indonesia), Dr. Fadli Zon, M.Sc. (Menteri Kebudayaan Republik Indonesia), dan Dr. Dany Amrul Ichdan (Wakil Direktur Utama PT. Mind ID). Prof. Dr. Garuda Wiko, SH, M.Si. (Rektor Universitas Tanjungpura) memandu dialog ini.

Acara diawali dengan sambutan dari Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. (Rektor Universitas Sumatera Utara) dan Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT (Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia). Forum REx ini hendak menegaskan bahwa patriotisme kampus tidak pernah terputus dari kerja ilmiah, inovasi teknologi dan kreativitas budaya yang dapat menjadi kontribusi strategis bagi negara.

Festival Kebangsaan “GEMA KAMPUS” mencapai puncaknya pada malam hari melalui Konser Musik Kebangsaan bertema “Musik Perajut Jiwa” di Lapangan Mini Stadion USU.

Panggung menyuguhkan rangkaian kolaborasi artistik memukau, mulai dari talenta regional D’Lanun, penampilan Alffy Rev bersama Once Mekel, Shanna Shannon dan Novia Bachmid, lalu Ki Ageng Ganjur (KAG) berkolaborasi dengan Once Mekel, Shanna, Dwiki Dharmawan dan Slank, hingga ditutup dengan sesi konser penuh dari Slank. Konser ditutup dengan narasi kebangsaan yang disampaikan oleh Dr. Ngatawi Al Zastrouw.

Ketua MRPTNI, Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST, MT menekankan peran vital generasi kampus. Ia menegaskan, generasi kampus bukan sekadar konsumen identitas, tetapi subjek produksi nilai-nilai kebangsaan.

“Generasi kampus adalah generasi yang tidak hanya membaca masa lalu, tetapi memaknai Indonesia sebagai ruang yang sedang dibentuk dan ditulis setiap hari. Musik, inovasi, dan riset adalah bahasa yang mereka pakai untuk menafsir bangsa. MRPTNI ingin memastikan energi itu terkawal dan bertumbuh,” ujar Prof. Eduart.

Senada dengan itu, Rektor USU, Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si menyatakan kampus sebagai ruang hidup kebangsaan. Ia mengatakan, karakter kebangsaan tidak dihafal, tetapi dipraktikkan melalui kerja akademik, riset, dan kreativitas.

“USU memandang kebangsaan bukan slogan, tetapi practice of nationhood—dilakukan melalui karya, kreativitas, inovasi, dan keberanian meng-explore. Festival ini bukti bahwa kampus bukan menunggu trend, tetapi menciptakan landscape,” kata Prof. Muryanto.

Para musisi juga menyampaikan pesan mendalam. Once Mekel menyebut bahwa musik adalah memori kolektif.

“Musik adalah identitas emosional Indonesia, ia membentuk rasa kita sebagai bangsa,” kata Once.

Sementara itu, Kaka Slank menyoroti pentingnya solidaritas.

“Indonesia kuat bukan karena kita sama, tapi karena kita saling jaga,” tegas Kaka.

Terakhir, Alffy Rev menekankan fungsi sound design sebagai medium ideologi dan strategi kultural untuk membangkitkan kebanggaan nasional generasi digital.

“Sound design juga adalah statecraft. Audio bisa mengubah sense of pride anak bangsa,” kata Alffy.

Festival Kebangsaan “GEMA KAMPUS”, yang didukung oleh Gerakan Kebangsaan “Akar Indonesia”, membuktikan kampus dapat menjadi simpul yang mempersatukan rasionalitas ilmiah dengan ekspresi emosional budaya. Patriotisme tidak lagi terdefinisi sebagai slogan yang harus diingat, tetapi sebagai karya yang harus diwujudkan.

Topik Terkait