Foto : Instagram/@coolspotid

IntipSeleb Gaya Hidup – Ingin mengetahui tentang sejarah maritim Indonesia, coba kunjungi Museum Bahari, yang terletak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Museum Bahari ini menyimpan banyak rahasia dunia maritim nasional yang tak banyak orang tahu.

Di era kepemimpinan Presiden Jokowi, istilah Poros Maritim kembali digaungkan, sebab 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari perairan. Tak hanya itu, sebagian besar kegiatan logistik Indonesia juga masih mengandakan jalur laut, maka tak heran jika julukan poros maritim masih melekat di negara ini.

Namun tahukah kamu tentang rahasia maritim Indonesia? Ternyata cerita sejarahnya bermula dari kota Jakarta. Dulu Jakarta dikenal dengan sebutan Batavia. Bermula dari letak Museum Bahari lah, kisah maritim Indonesia tercipta.

Jika melihat dari sejarah yang tertulis dalam laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bahwa museum bahari adalah gudang rempah-rempah yang dibangun sejak zaman Belanda. VOC membangun gedung ini sejak tahun 1652 hingga 1759 yang dilakukan secara bertahap.

Kini bangunan itu disulap menjadi Museum Bahari sejak zaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin yakni tepatnya pada 7 Juli 2977. Lantas apa saja rahasia dibalik Museum Bahari? Simak artikelnya di bawah ini.

Sejarah Museum Bahari

Foto : Instagram/@sadiahcurates

Kalau kamu pernah jalan-jalan ke daerah Penjaringan, Jakarta Utara, tepatnya di pinggir kali Ciliwung, ada sebuah bangunan menjulang yang berumur tua. Bangunan itu adalah Museum Bahari yang dulunya merupakan sebuah Gudang rempah-rempah yang dibangun oleh Belanda di masa penjajahannya.

Berdasarkan sejarah yang dinukil dari lama Kemendikbud, bahwa museum ini dibangun oleh VOC secara bertahap sejak 1652 hingga 1759. Bangunan ini awalnya berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi yang dikumpulkan rakyat pribumi.

Hasil bumi yang dikumpulkan diantaranya adalah rempah-rempah, yang menjadi komoditi utama VOC yang kemudian diekspor hingga ke Eropa. Hasil bumi Indonesia sangat laku di negara Eropa karena produknya yang berkualitas. Selain rempah-rempah yang kumpulkan di gedung tersebut, ada juga kopi, teh, tembaga, timah dan tekstil.

Namun pada masa kependudukan Jepang, gedung-gedung ini digunakan sebagai tempat menyimpan barang logistik tantara Jepang. Setelah Indonesia merdeka barulah bangunan ini dimanfaatkan oleh PLN dan PTT sebagai Gudang.

Kemudian tahun 1976, pemerintah menjadikan bangunan tersebut sebagai Cagar Budaya yang kemudian dipugar dan diresmikan kembali pada tahun 1977. Tepatnya pada 7 Juli 1977, bangunan tersebut diresmikan sebagai Museum bahari hingga sekarang.

Bangunan Museum Bahari

Foto : Istimewa

Setidaknya bekas gudang rempah dan logistik Belanda hingga Jepang ini memiliki dua kawasan yang berbeda. Bangunan yang berdiri persis di samping sungai Ciliwung ini memiliki dua sisi, yakni sisi barat aau disebut dengan Westzijdsche Pakhuizen (gudang barat) dibangun pada 1652-1771. Sementara sisi timur, disebut Oostzidsche Pakhuizen (gudang timur).

Gudang barat terdiri dari dua empat unit bangunan dan tiga unit diantaranya sekarang digunakan sebagai Museum Bahari. Di dalam museum bahari ini juga tersimpan banyak koleksi masa lampau yang menandakan masa kejayaan maritim nasional di tengah penjajahan Belanda dan Jepang.

Koleksi Museum Bahari

Foto : Instagram/@sadiahcurates

Museum Bahari sendiri bertugas melestarikan, memelihara, merawat dan menyajikan koleksi-koleksi yang berhubungan dengan kehidupan kemaritiman dan kenelayanan nasional. Jumlah koleksi benda-benda di museum ini juga sangat banyak, memcapai 1835 buah.

Musuem Bahari menyimpan 126 koleksi benda-benda bersejarah kelautan, terutama kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan miniatur yang dipajang, terdapat pula 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur, foto-foto dan biota laut lainnya.

Koleksi yang terdapat di dalamnya seperti miniatur perahu tradisional dengan aneka bentuk, gaya dan ragam hias. Hingga kapal zaman VOC pun ada miniaturnya dan disimpan di dalam museum.

Selain itu juga ada berbagai model dan miniatur kapal modern yang lengkap dengan perlengkapan penunjang pelayaran. Tak hanya itu, ada juga peralatan yang digunakan oleh pelaut pada masa lalu, seperti navigasi, jangkar, teropong, model mercusuar dan Meriam.

Museum Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan-ikan di perairan Indonesia. Pengelola juga melengkapinya dengan cerita dan lagu tradisional masyarakat nelayan Nusantara.

Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara. Serta ada juga cerita perjalanan kapal KPM Batavia ke Armsterdam.

Koleksi Kapal di Museum Bahari

Phinisi

Pada awal abad ke-20 pengrajin perahu Ara dan Lemo-lemo membangun phinisi pertama buat seorang nahkoda Bira, kampung asal pelaut terkenal Sulawesi. Perahu phinisi pertama masih berukuran kecil dengan kapasitas 20-30 ton dan panjang 10-15 meter.

Pada Perang Dunia II perahu phinisi digunakan oleh tentara Jepang untuk keperluan perang sehingga menjadi target serangan udara dan laut para lawannya.

Perahu Lancang

Lancang berarti perahu. Pada masa lalu dikenal jenis Lancang dari Sumatera, Banten, dan Kalimantan. Model lancang kuning Koleksi Museum Bahari adalah perahu untuk pesiar bagi raja dan keluarga.

Di samping itu dipakai oleh para hulubalang, laksamana, dan petinggi kerajaan untuk kegiatan perang dan patroli wilayah kekuasaannya, khususnya di kepulauan Riau.

Gelati

Gelati adalah jenis perahu nelayan yang memegang peranan penting di Selat Bali. Perahu yang disebut Jung Raje oleh orang Madura ini mendominasi dermaga di setiap pelabuhan perikanan di sepanjang pantai Utara Jawa. Rangka dan badan perahu terbuat dari kayu jati dengan panjang 12 meter dan lebar 2.6 meter serta berawak 18 orang.

Menara Syahbandar, Museum Bahari

Foto : Instagram/@antoniafebe

Masih di bagian kawasan Museum Bahari, terdapat sebuah Menara yang menjulang tinggi. Menara ini disebut dengan Menara syahbandar. Dari Menara ini lah para penjajah memantau arus keluar masuk kapal di Batavia dan mengumpulkan barang-barang hasil bumi Indonesia.

Menara syahbandar dibangun sekitar tahun 1839. Selain sebagai Menara pantau, Menara syahbandar ini juga digunakan sebagai kantor pengumpulan pajak atas barang-barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Dari Menara inilah Anda bisa melihat kota Jakarta Utara dari ketinggian.

Akses Menuju Museum Bahari

Foto : Instagram/@ideaonline

Menuju ke Musuem Bahari Anda bisa mengaksesnya dengan berbagai cara. Jika menggunakan kendaraan pribadi Anda bisa langsung mengarahkan kendaraan Anda ke kawasan Penjaringan, Pasar Ikan, Jakarta Utara.

Sementara jika menggunakan kendaraan umum, Anda bisa menggunakan bus TransJakarta koridor 12 E yang Bernama History of Jakarta Explorer. Rute ini bisa membawamu ke beberapa tempat wisata bersejarah, seperti Kota Tua dan Museum Bahari.

Jam Operasional dan Harga Tiket Masuk

Foto : Instagram/@sadiahcurates

Selasa-Minggu pukul 09.00-15.00 WIB. Namun setiap Senin libur.

- HTM Anak-anak Rp2.000
- HTM Mahasiswa Rp3.000
- HTM Dewasa Rp5.000

Itulah ulasan tentang Museum Bahari, sebagai saksi bisu perjuangan rakyat Indonesia di tengah gempuran penjajahan Belanda dan Jepang. Dari sini pula kita bisa tau sejarah tentang maritim Indonesia, sejak dari titik Nol Jakarta. (bbi)

Topik Terkait