img_title
Foto : ABC News

IntipSeleb – Ketegangan antara Sean “Diddy” Combs, Netflix, dan rapper 50 Cent memanas jelang penayangan serial dokumenter Sean Combs: The Reckoning yang tayang global pada 2 Desember 2025. Juru bicara Combs mengecam keras proyek tersebut dan menyebutnya sebagai “serangan yang memalukan” sekaligus menuduh Netflix menggunakan “rekaman curian yang tidak pernah diizinkan untuk dirilis.

Pernyataan itu dirilis sehari sebelum dokumenter tersebut tayang perdana, tak lama setelah Netflix merilis cuplikan terbaru. Dalam cuplikan itu, Combs terlihat menelepon seseorang enam hari sebelum penangkapannya pada 2024 peristiwa yang membuatnya dihukum atas dakwaan mengangkut orang untuk terlibat prostitusi, meski ia lolos dari tuduhan perdagangan seks dan pemerasan.

Kita perlu menemukan seseorang yang mau bekerja sama dengan kita, yang pernah bekerja di bisnis yang paling kotor sekalipun,” kata Combs dalam rekaman itu. “Kita sedang kalah.”

Dilansir dari Variety, Netflix menolak tuduhan pencurian rekaman. Saat diminta komentar, perwakilan layanan streaming tersebut mengarahkan pada kutipan sang sutradara, Alexandria Stapleton.

Kami mendapatkannya, kami memperoleh rekamannya secara legal dan memiliki hak yang diperlukan,” ujarnya.

Kami telah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kerahasiaan identitas pembuat film. Satu hal tentang Sean Combs adalah ia selalu merekam dirinya sendiri, dan itu telah menjadi obsesinya selama beberapa dekade. Kami juga telah menghubungi tim hukum Sean Combs beberapa kali untuk wawancara dan memberikan komentar, tetapi tidak ada tanggapan,” sambungnya.

Juru bicara Combs menegaskan bahwa rekaman pribadi tersebut telah dikumpulkan Combs sejak usia 19 tahun untuk menceritakan kisah hidupnya sendiri. Namun, pihaknya menilai Netflix mengambil materi itu di luar konteks dan mengubah narasi secara sepihak. Pernyataan itu juga beberapa kali menyebut Ted Sarandos, CEO Netflix, yang disebut Combs sebagai sosok yang ia hormati dan harapkan dapat berlaku adil.

Tak berhenti di situ, juru bicara tersebut menyinggung peran 50 Cent dalam dokumenter ini. Mereka menyebutnya sebagai “musuh bebuyutan dengan dendam pribadi yang telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memfitnah Tuan Combs” serta menyayangkan keputusan Netflix yang “menyerahkan kendali kreatif” kepada rapper tersebut.

Kontroversi ini diprediksi kian mencuat seiring penayangan The Reckoning, yang sejak awal sudah memicu perdebatan soal akurasi, etika produksi, hingga motif kreatif di balik pembuatannya.

Baca pernyataan selengkapnya di bawah ini.

Film yang disebut-sebut sebagai "dokumenter" Netflix ini merupakan sebuah karya yang memalukan. Cuplikan GMA hari ini menegaskan bahwa Netflix mengandalkan rekaman curian yang tidak pernah diizinkan untuk dirilis. Seperti yang diketahui Netflix dan CEO Ted Sarandos, Tuan Combs telah mengumpulkan rekaman sejak usia 19 tahun untuk menceritakan kisahnya sendiri, dengan caranya sendiri. Pada dasarnya tidak adil, dan ilegal, bagi Netflix untuk menyalahgunakan karya tersebut.

Netflix jelas-jelas ingin sekali mensensasionalkan setiap menit kehidupan Tuan Combs, tanpa mengindahkan kebenaran, demi memanfaatkan hiruk-pikuk media yang tak kunjung usai. Jika Netflix peduli dengan kebenaran atau hak hukum Tuan Combs, mereka tidak akan mengambil rekaman pribadi di luar konteks – termasuk percakapan dengan pengacaranya yang tidak pernah dimaksudkan untuk ditonton publik. Tidak ada hak atas materi tersebut yang pernah dialihkan ke Netflix atau pihak ketiga mana pun.

Sama mengejutkannya bahwa Netflix menyerahkan kendali kreatif kepada Curtis '50 Cent' Jackson – musuh bebuyutannya dengan dendam pribadi yang telah menghabiskan terlalu banyak waktu memfitnah Tuan Combs.

Di luar masalah hukum, ini merupakan pelanggaran kepercayaan pribadi. Tuan Combs telah lama menghormati Ted Sarandos dan mengagumi warisan Clarence Avant. Bagi Netflix, memberikan kisah hidupnya kepada seseorang yang telah menyerangnya secara terbuka selama beberapa dekade terasa seperti penghinaan yang tidak perlu dan sangat pribadi. Setidaknya, ia mengharapkan keadilan dari orang-orang yang ia hormati.

Topik Terkait