"Itulah alasan kita untuk ikut lomba ngelawar ini. Artinya biar ada regenerasi untuk ke depan nya. Biar ga nanti hanya sebagai sejarah. Tradisi itu tidak bisa didiamkan saja tetapi dijalankan juga. Kalau bukan kita siapa lagi. Makanya kita dari lomba, dari di rumah pun kita sebenarnya sudah bisa belajar," jelas Indra.
Juri Lomba Ngelawar Ida Bagus Ketut Laba menjelaskan, lawar merupakan makanan tradisional khas yang menjadi simbol kebersamaan dan kegotongroyongan warisan leluhur masyarakat Bali.
Tradisi ngelawar di Bali ditandai dengan bunyi ketukan pisau yang beradu dengan talenan saat mencacah rempah-rempah seperti jahe, kunyit, lengkuas, serai, cabe dan rempah lainnya untuk dijadikan bumbu.
"Kalau tidak ada suara talenan itu bukan nglawar namanya," kata Bagus Laba.
Lawar merupakan hidangan tradisional turun temurun yang umunya akan disuguhkan dalam setiap upacara adat umat Hindu Bali yang berdasar pada konsep bebantenan. Selanjutnya tradisi ngelawar itu berkembang di Bali.
"Sebenarnya basiknya lawar itu makanan yang disuguhkan untuk saran upacara di Bali," jelasnya.