img_title
Foto : PejuangKantoran

IntipSelebSungkeman merupakan sebuah tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat Indonesia di momen-momen penting, salah satunya adalah ketika lebaran atau Hari Raya Idul Fitri.

Sungkeman dilakukan sebagai ajang saling memaafkan antar keluarga dan saudara. Biasanya, orang-orang yang lebih muda akan berjongkok di depan orang tua untuk bersalaman dan menyampaikan permohonan maaf kepada mereka.

Akan tetapi, tradisi sungkeman lebaran menuai perbedaan di kalangan masyarakat. Pasalnya, ada sebagian orang yang mempertanyakan apakah sungkeman diperbolehkan dalam Islam. Maka dari itu, berikut ini makna dan hukum sungkeman saat lebaran yang perlu kamu ketahui.

Hukum Sungkeman Lebaran

NU Online
Foto : NU Online

Lebaran sebentar lagi tiba, seluruh umat Islam menyambutnya dengan rasa gembira. Hari raya Idul Fitri disemarakkan dengan menggunakan baju lebaran, menikmati beragam makanan, dan bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat, tetangga dan rekan-rekan.

Salah satu tradisi yang banyak dilakukan pada hari lebaran adalah sungkeman. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua sebagai wujud tanda bakti dan rasa terima kasih.

Sungkeman yang dilakukan sembari berjongkok sambil mencium tangan orang tua, menurut sebagian orang, tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW sehingga dilarang. Tapi, apakah sungkeman dilarang dalam agama?

Melansir dari NU Online, dalam memaknai sungkeman, setidaknya bisa ditinjau dari dua sisi. Pertama, adalah hukum asalnya. Dan yang kedua, dari sudut pandang tradisi.

Menurut sudut pandang hukum asal, sungkeman sama sekali tidak bertentangan dengan syariat. Posisi jongkok sambil cium tangan merupakan ekspresi memuliakan orang yang lebih tua. Syariat tidak melarang mengagungkan manusia selama tidak dilakukan dengan gerakan yang menyerupai bentuk takzim kepada Allah SWT, seperti bersujud.

Berkaitan dengan mencium tangan orang tua ketika sungkeman lebaran, Imam An-Nawawi mengatakan:

ولا يكره تقبيل اليد لزهد وعلم وكبر سن

Artinya: “Tidak makruh mencium tangan karena kezuhudan, keilmuan dan faktor usia yang lebih tua.” (Imam An-Nawawi, Raudlah al-Thalibin, juz 10, halaman 233)

Sebagian ekspresi takzim kepada orang yang lebih tua hukumnya sunnah, seperti dilakukan dengan cara berdiri dengan tujuan memuliakan dan kebaktian. Syekh Zainuddin al-Malibari mengatakan:

ويسن القيام لمن فيه فضيلة ظاهرة من نحو صلاح أو علم أو ولادة أو ولاية

مصحوبة بصيانة

Artinya: “Sunnah berdiri untuk orang yang memiliki keutamaan yang tampak, seperti kesalihan, keilmuan, hubungan melahirkan atau kekuasaan yang dibarengi dengan penjagaan diri.” (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in Hamisy I’anah al-Thalibin, Juz 4, halaman 219)

Bila menurut sudut pandang tradisi, sungkeman merupakan tradisi nenek moyang kita yang perlu dilestarikan. Sebab, Islam mengajarkan untuk merawat tradisi selama tidak bertentangan dengan agama.

Hal tersebut sebagai bentuk pengejawantahan dari sabda Nabi tentang berbudi pekerti yang baik kepada sesama. Nabi SAW bersabda:

وخالق الناس بخلق حسن

Artinya: “Berbudilah dengan akhlak yang baik kepada manusia.” (HR Tirmidzi)

Ketika ditanya soal apa yang dimaksud dengan etika yang baik, Sayyidina Ali mengatakan:

هو موافقة الناس في كل شيئ ما عدا المعاصي

Artinya: “Beretika yang baik adalah mengikuti tradisi dalam segala hal selama bukan kemaksiatan.” (Syekh Nawawi al-Bantani, Syarh Sullam al-Taufiq, halaman 61)

Imam al-Ghazali mengatakan:

وحسن الخلق مع الناس ألا تحمل الناس على مراد نفسك، بل تحمل نفسك

على مرادهم ما لم يخالفوا الشرع

Artinya: “Beretika yang baik dengan manusia adalah engkau tidak menuntut mereka sesuai kehendakmu, namun hendaknya engkau menyesuaikan dirimu sesuai kehendak mereka selama tidak bertentangan dengan syariat.” (Imam al-Ghazali, Ayyuhal Walad, halaman 12)

Meninggalkan tradisi yang tidak haram merupakan akhlak yang tidak terpuji, sebagaimana penjelasan Syekh Ibnu Muflih berikut ini:

لا ينبغي الخروج من عادات الناس إلا في الحرام

Artinya: “Tidak sepantasnya keluar dari tradisi manusia kecuali dalam perkara haram.” (Ibnu Muflih, al-Adab al-Syar’iyyah, juz 2, halaman 114)

Kesimpulannya, sungkeman bukan merupakan tradisi yang haram atau dilarang. Bahkan tradisi tersebut merupakan bentuk pengalaman dari sabda Nabi Muhammad tentang anjuran beretika baik kepada sesama. Artinya tidak ada yang salah bila kita melakukan sungkeman lebaran.

Makna Sungkeman Lebaran

YoungOnTop
Foto : YoungOnTop

1. Mempererat rasa kekeluargaan

Makna sungkeman lebaran yang pertama adalah ajang mempererat rasa kekeluargaan. Ketika merayakan lebaran, banyak orang akan berkunjung ke rumah keluarga dan kerabat untuk sungkeman dan saling bersalaman. Tradisi ini penting dilakukan karena dapat mempererat silaturahmi dan menjalin hubungan yang lebih baik antara sesama.

2. Wujud rasa hormat pada orang yang lebih tua

Sungkeman juga merupakan tindakan penghormatan terhadap orang yang lebih tua, seperti orang tua, kakek, nenek dan anggota keluarga lainnya yang dituakan. Saat melakukan sungkeman, biasanya kita akan membungkukkan badan dan mencium tangan orang tua sembari menyampaikan ungkapan maaf. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan penghormatan kita pada mereka.

3. Saling memaafkan

Makna sungkeman lebaran selanjutnya adalah sebagai ajang saling memaafkan. Dalam tradisi ini, semua orang yang bersalaman diharapkan dapat saling memaafkan kesalahan satu sama lain. Dengan saling memaafkan, kita dapat memperbaiki hubungan ke depannya agar lebih baik.

4. Menjaga tradisi dan budaya

Sungkeman merupakan salah satu budaya atau tradisi turun-temurun di Indonesia yang masih terus dilakukan hingga kini. Dengan melakukan sungkeman, kita turut menjaga dan melestarikan tradisi tersebut agar tidak hilang. Selain itu, sungkeman juga menunjukkan bahwa kita bangga dan menjunjung tinggi budaya.

5. Menumbuhkan rasa kepedulian sosial

Makna sungkeman lebaran selanjutnya adalah menumbuhkan rasa kepedulian sosial di antara sesama. Ketika melakukan sungkeman, kita bisa saling berbagi kebahagiaan dan kasih sayang. Tradisi ini dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Sungkeman menyimpan makna yang penting dalam budaya dan tradisi kita, terutama saat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Nah, demikianlah hukum sungkeman lebaran dan sederet makna sungkeman lebaran yang perlu kamu ketahui. Semoga bermanfaat dan tunggu artikel-artikel InTips berikutnya, ya!

Topik Terkait