IntipSeleb – Gelombang film horor terus membanjiri bioskop, tetapi Dee Company justru memilih jalur yang berbeda dan berani. Mereka meluncurkan proyek terbarunya, Jembatan Shiratal Mustaqim (2025), yang secara eksplisit mengangkat kisah tentang ulah koruptor dan konsekuensi mengerikan yang menanti mereka di akhirat. Film besutan sutradara Bounty Umbara, penulis Erwanto Alphadullah, dan diproduseri oleh Dheeraj Kalwani ini akan mulai menyapa penonton di bioskop pada 9 Oktober 2025.
Dee Company menyajikan tontonan yang jauh dari formula horor konvensional yang mengandalkan sosok hantu. Film Jembatan Shiratal Mustaqim justru membawa nuansa religi yang kental dengan pesan moral, mengisahkan keadilan Tuhan terhadap manusia, terutama para koruptor yang menumpuk kekayaan dengan cara merampas hak masyarakat yang sangat membutuhkan.
Dheeraj Kalwani, Produser Dee Company, menegaskan bahwa film ini jelas bukan horor biasa. Dia menjelaskan bahwa Jembatan Shiratal Mustaqim menampilkan jenis horor yang berakar dari keadilan ilahi, bukan sekadar menakuti penonton dengan penampakan makhluk gaib.
"Ini bukan sekadar horor tentang hantu, tapi horor tentang keadilan. Di dunia, koruptor bisa sembunyi di balik jabatan, tapi di akhirat tidak ada lobi, tidak ada kompromi. Semua dosa akan terbuka," ungkap Dheeraj Kalwani usai screening film di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Pernyataan tersebut mempertegas bagaimana Dee Company mencoba menyampaikan pesan yang mendalam di balik kemasan horor, sekaligus mengingatkan penonton pada konsekuensi nyata yang harus dihadapi dari perbuatan dosa, khususnya korupsi.
Dheeraj lebih lanjut mengungkap bahwa ide cerita unik ini lahir dari fenomena sehari-hari yang sering muncul di pemberitaan media. Kasus korupsi yang terus berulang di Indonesia ternyata menjadi pemicu utama yang melahirkan film Jembatan Shiratal Mustaqim.
"Jadi awalnya pembicaraan kita dengan penulis. Kita mau angkat sesuatu yang berbeda. Kita berpikir bahwa setiap hari kita mendengar berita-berita tentang koruptor ditangkap dan lain-lain. Kenapa kita gak buat koruptor kalau di akhirat itu gimana? Itu dasar pertamanya dan penulisnya juga tertarik untuk membuat," jelasnya.