img_title
Foto : Berbagai Sumber

Tapi, suntingan ini harus berbeda dengan yang digunakan di acara pernikahan. Di mana tingkatannya harus lebih rendah dan hiasannya tidak serumit yang akan digunakan di acara pernikahan nanti.

Tradisi Mandi-mandi dan Kenakan Inai di Jari Pengantin Wanita

Antv.klik
Foto : Antv.klik

Sebelum acara utama Malam Bainai dimulai, akan ada tradisi mandi-mandi terlebih dahulu.  Prosesi ini mirip dengan siraman yang ada di adat Jawa, hanya saja di sini calon pengantin hanya dicipratkan air bunga tujuh rupa menggunakan daun sitawa sidingin sebagai makna simbolis dan tak harus basah kuyup.

Uniknya, jumlah orang yang memercikkan air bunga ini harus ganjil, mulai dari lima, tujuh, atau sembilan. Alasannya adalah karena di dalam Islam, angka ganjil sering melambangkan hal-hal sakral, contohnya sholat lima waktu. Prosesi ini merupakan simbol di mana orangtua memandikan anak perempuan mereka untuk terakhir kalinya sebelum melepas anak perempuannya kepada calon suami.

Prosesi mandi-mandi selesai, saatnya sang calon mempelai wanita dituntun menuju ke pelaminan. Calon mempelai wanita akan dituntun oleh kedua orangtuanya berjalan di atas kain jajakan berwarna kuning terbentang menuju pelaminan. Ini melambangkan perjalanan calon mempelai dari kecil sampai dewasa. Setiap kain yang dilewati akan digulung oleh dua orang saudara laki-laki yang bermakna sebagai harapan supaya pernikahan yang ditempuhnya cukup satu kali seumur hidup.

Tibalah di acara puncak Malam Bainai. Calon mempelai wanita akan dipakaikan inai di jari-jarinya oleh kerabat wanita yang dituakan. Jumlah jari yang dipakaikan inai pun hanya sembilan, ditambah daun sirih yang digunakan untuk menutup ibu jari. Setiap kuku yang dipakaikan inai memiliki makna yang berbeda-beda. Selain itu, prosesi ini dipercaya bisa melindungi sang calon mempelai wanita dari berbagai macam godaan.

Topik Terkait