img_title
Foto : Pinterest

IntipSelebAmalan rukun haji adalah hal yang hendaknya dijalankan bagi jemaat yang hendak melaksanakan ibadah haji. Haji sendiri merupakan rukun islam yang ke-5. Dijalankan sebagai penyempurna ibadah kita untuk memenuhi panggilan Allah SWT ke Tanah Suci.

Orang yang diwajibkan untuk ibadah haji adalah orang yang mampu secara materi dan juga secara fisik. Dalam mengerjakan haji tentunya seseorang harus paham akan syarat, rukun dan tata caranya. Jika seseorang tersebut tidak memenuhi syarat dan rukunnya, maka ibadah haji yang dilakukan tidak sah. Tulisan di bawah ini akan membahas apa itu haji, apa saja syarat dan hukumnya dan juga keutamaan melakukan ibadah haji.

Ibadah haji menjadi salah satu impian bagi orang-orang Islam. Tak sedikit dari mereka yang rela mengantri Berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk bisa berangkat haji. Niat untuk beribadah haji tentu menjadi penyemangat mereka untuk sabar menunggu giliran pergi ke Mekkah. Nah, maka ketika waktu itu tiba, maka tak sedikit yang menyiapkan banyak hal untuk mengoptimalkan waktu ibadah di sana demi menjadi haji mabrur.

Lantas apa sajakah amalan rukun haji? Scroll terus artikel di bawah ini ya.

1. Ihram

Amalan pertama yang dilakukan ketika beribadah haji adalah ihram. Secara istilah arti dari ihram yaitu melakukan haji atau umroh, atau niat melakukan keduanya.

Nah, adapun ketika ihram ini, semua jamaah memakai pakaian ihram. Bagi muslimah, pakaian ihram yaitu kain berjahit yang menyelimuti seluruh badan, kecuali wajah. Sementara bagi laki-laki, pakaian ihramnya berbeda dengan perempuan. Pada kaum laki-laki, mengenakan kain dua helai yang tak berjahit. Satu kain dipakai untuk menutupi bagian atas badan, lalu satu lagi dipakai untuk badan bagian bawah.

Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya "IHRAM" menjelaskan tentang pengertian Ihram. Kata Ihram kata dia berasal dari kata al-hara yang berarti larangan atau sesuatu yang terlarang. Kata ihram adalah bentuk mashdar dari fi’il madhi dan mudhari’nya "ahrama yuhrim".Makna kata ihram adalah memasuki wilayah yang di dalamnya berlaku keharaman.

Ustaz Ahmad Sarwat dalam bukunyacjuga mengatakan, orang yang mengerjakan ihram disebut dengan istilah muhrim. Namun Istilah ini kata dia berbeda dengan istilah untuk wanita yang haram untuk dinikahi yaitu mahram dan bukan muhrim.

Makna berihram dalam istilah fiqih adalah berniat untuk masuk ke dalam wilayah yang diberlaku di dalamnya berbagai keharaman di dalam haji dan umrah. Masuk ke dalam wilayah keharaman disini maksudnya bukan mengerjakan keharaman itu, tetapi maksudnya adalah masuk ke dalam suatu wilayah dimana keharaman-keharaman itu mulai diberlakukan pada diri seseorang, seperti berhubungan suami istri, membunuh, memotong rambut, memakai wewangian.

Khusus buat jamaah haji laki-laki yang termasuk diharamkan seperti mengenakan pakaian berjahit. Sementara khusus buat wanita misalnya memakai sarung tangan atau menutup wajah bagi jamaah haji wanita. Apabila seseorang telah berihram berarti dia telah meng-ihram-kan dirinya, maka sejak saat itulah ia mulai berpantang terhadap hal-hal atau pekerjaan-pekerjaan yang tak boleh dilakkan saat ihram berlangsung.

2. Tawaf

Amalan ibadah haji yang kedua ada tawaf. Tawaf ini berarti mengelilingi Ka’bah tujuh kali, adapun dimulainya dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad, lalu Ka’bah selalu berada di sebelah kiri.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum tawaf, yaitu suci dari hadas besar maupun kecil, dari najis, menutup aurat, melakukan tujuh kali putaran berturut-turut, lalu mulai dan mengakhiri tawaf di tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad. Adapun posisi Ka’bah berada di sebelah kiri, dan tawaf dilaksanakan di luar Ka’bah.

Tawaf juga terdiri dari beberapa macam, yang pertama adalah tawaf ifadah. Tawaf ini menjadi rukun haji yang harus dilakukan. Jika tidak dilaksanakan, maka hajinya akan dianggap tidak sah.

Tawaf kedua yaitu tawaf ziyarah atau qudum. Tawaf ini pelaksanaannya tepat setelah sampai di Kota Mekkah. Lalu yang ketiga adalah tawaf sunnah, yang bisa dilaksanakan kapan pun. Lalu yang terakhir atau keempat adalah tawaf wada atau pamitan. Di mana pelaksanaannya yaitu setelah selesai melakukan seluruh rangkaian ibadah haji dan akan kembali ke kota atau negara asal.

3. Sa'i

Salah satu tempat yang harus dikunjungi dalam ibadah haji juga umroh ialah Bukit Shafa dan Marwah, untuk melakukan sa’i. Sa’i merupakan berlari-lari kecil antara kedua bukit tersebut. Saat di Bukit Shafa, jamaah diperintahkan untuk naik ke atas bukit, lalu menghadap Ka’bah dari atas.

Kata Sa’i secara bahasa dapat diartikan sebagai usaha atau berjuang. Makna Sa’i dapat dikembangkan sebagai perjuangan hidup, baik pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Sebab, syariat sa’i dalam prosesi haji dan umroh tidak bisa dilepaskan dari kisah Siti Hajar beserta putranya Ismail, sumur zamzam, keberadaan Ka’bah, dan Nabi Ibrahim ‘alayhi salam.

Saat melihat Ka’bah, Rasulullah salallahu’alayhi wa sallam mencontohkan membaca:

(٣x) اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ أَنْجَزَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Artinya: “Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. (3x). Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah segala kerajaan dan segala pujian untuk-Nya. Dia yang menghidupkan dan yang mematikan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali hanya Allah semata. Dialah yang telah melaksanakan janji-Nya, menolong hamba-Nya dan mengalahkan tentara sekutu dengan sendirian.”

4. Wukuf di Padang Arafah

Wukuf ini akan menjadi puncak dari perjalanan ibadah haji yang Anda laksanakan. Wukuf berarti Anda harus berdiam diri sejak matahari tergelincir di tanggal 9 Dzulhijah sampai dengan terbitnya fajar tanggal 10 Dzulhijah.

5. Melempar Jumroh

Melempar jumroh adalah salah satu ritual yang harus anda penuhi ketika sampai di tanah suci, saat Idul Adha. Pelemparan batu tiga kali yang melambangkan rajam setan adalah salah satu elemen sentral dari haji tahunan akbar.

Ritual melempar jumroh adalah tatacara terakhir bagi peziarah dan berlangsung di kota Mina tepat di luar kota suci Mekkah. Sebelum pelemparan batu, ratusan ribu peziarah bermalam di dataran Muzdalifah mengumpulkan kerikil untuk persiapan ritual.

Ritual ini memberlakukan kembali ziarah Ibrahim ke Mekah dan mengharuskan peziarah mengumpulkan antara 49 dan 70 kerikil dari tanah di Muzdalifah, dan melemparkannya ke tiga pilar di Mina, yang melambangkan penolakan setan. Pilar-pilar tersebut terletak di jembatan penyeberangan besar, selebar jalan raya delapan jalur, dibangun di atas dataran gurun Mina. Pada hari Idul Adha, peziarah batu terbesar dari tiga pilar dengan tujuh batu.

Ritual ini diikuti pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah yang dikenal dengan Idul Adha. Rupanya para peziarah hanya melempar salah satu pilar besar dengan tujuh kerikil.

Pasca rajam rajam pada Idul Fitri, jamaah harus mencukur rambutnya. Setelah itu pada dua hari berikutnya, para peziarah diharapkan melempar masing-masing dari tiga dinding dengan tujuh kerikil yang berurutan dari timur ke barat.

Para peziarah yang menginap di Mina selama satu hari tambahan harus merajam setiap tembok sebanyak tujuh kali lagi. Kerikil yang digunakan untuk rajam ini dikumpulkan pada malam sebelum pelemparan pertama dan disimpan di Muzdalifah yang merupakan dataran di Mina.

Batu untuk rajm harus ditemukan dalam keadaan aslinya, bukan batu pecahan; bukan pula batu mulia dan batu yang terbuat dari emas dan perak. Batunya tidak boleh terlempar dengan keras dan tidak boleh lebih besar dari kacang lentil sehingga tidak merusak fasilitas yang ada dan tidak membahayakan nyawa orang lain. Saat melempar jumroh, jamaah haji dianjurkan melempar sambil melafalkan dzikir dengan bertakbir.

Itulah dia amalan rukun haji sesuai dengan syariat. Semoga kita memiliki kesempatan dan umur untuk dipanggil ibadah ke Tanah Suci. (rth)

Topik Terkait