img_title
Foto : Istimewa

IntipSeleb Lokal – Perwakilan Tiga Tungku yakni para Pemuda Papua, Maluku, NTT gelar Dialog Kebangsaan bersama Gus Miftah, di Pondok Pesantren Ora Aji Yogyakarta, Rabu, 22 Maret 2023.

Mau tahu berita jelasnya? Scrool artikel di bawah ini.

Dialog Kebangsaan

Istimewa
Foto : Istimewa

Gus Miftah menginisiasi gelar dialog kebangsaan dalam suasana yang elegan dan santai di kediamannya berlangsung meriah dan interaktif bersama keluarga besar perwakilan Indonesia Timur di Yogyakarta.

Perwakilan dari Pemuda Papua, Maluku dan NTT yang meliputi kalangan profesional, pelajar dan mahasiswa tersebut sangat antusias dalam rasa kekeluargaan dengan Gus Miftah. Bung Hendardo, Bung Ino, Presiden Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua (PMAPA) dan Forum Komunikasi Mahasiswa Papua (FOKMAPA) duduk akrab bersama Gus Miftah di panggung dialog.



Bung Kece, Bung Dani, Bung Made turut duduk bersama Gus Miftah mewakili Pemuda Maluku. Dalam sambutannya Bung Dani dari Maluku menitipkan pesan moril agar penegakan hukum di Yogyakarta berkeadilan untuk semua pihak tanpa diskriminasi khususnya untuk warga Indonesia Timur.

Lebih mendalam lagi Bung Ino Papua menyimpulkan sambutannya agar warga Yogyakarta tidak terpengaruh stigma negatif yang dibangun segelintir orang terhadap warga Indonesia Timur di Yogyakarta.

"Mari kita bersepakat untuk membangun kebersamaan demi Yogyakarta yang berhati nyaman, bahwa jangan menilai masyarakat Indonesia Timur yang tinggal di Yogyakarta itu sama semua dengan kelakuan oknum-oknum anak Timur yang tidak bertanggung jawab," tegasnya.

Dibawa Santai

Istimewa
Foto : Istimewa


Suasana sejuk dan ceria berlangsung dan semakin indah ketika Gus Miftah memulai materinya dalam Diialog Kebangsaan ini, "Para Abang-abang yang saya hormati dari Papua dan Ambon Maluku. Berangkat ke kebon menanam semangka jangan lupa minum susu, wahai saudaraku Ambon dan Papua izinkan aku mengucapkan i love you," demikian Gus Miftah mengawalinya dengan pantun jenaka dan mengundang gelak tawa.


Gus Miftah bercerita dalam rasa syukur bahwa beliau tinggal di wilayah mayoritas Katholik, beli tanah untuk Pondok Pesantren Ora Aji dari seorang Pendeta, dilahirkan di tengah-tengah perbedan kemajemukan dan pluralisme, bahkan sahabat-sahabatnya banyak dari kalangan Pendeta, Pastor dan pemuka agama yang berbeda. Cerita beliau mencairkan suasana bahwa tidak ada sekat persaudaraan dengan Saudara Papua, Maluku dan NTT.

Paparan kemajemukan ke-Indonesiaan yang disampaikan membuka cakrawala perjuangan bersama untuk satu persepsi saling menghargai dan menghormati kebersamaan di tanah air Indonesia dan khususnya di Yogyakarta.

Lebih lanjut Gus Miftah menyampaikan dengan memahami Pancasila sebagai idiologi dengan baik dan benar menjadikan anak bangsa lebih memahami arti perbedaan, Meneguhkan ke Indonesiaan dengan baik dan benar walaupun berbeda secara bahasa, suku, golongan, dan agama. Untuk alasan itulah gus miftah membuat gerakan yang dinamai 'Gerakan Moderasi' : berbangsa dan beragama yang happy, asyik dan menyenangkan.

Suasana tak terasa larut dalam materi mendalam namun penuh gelak tawa sukacita.

Dilanjut dengan sesi tanya jawab yang sangat menyenangkan dengan anak-anak mahasiswa dari Indonesia Timur bersama Gus Miftah. Selalu ada pemanis gurauan canda tawa yang menyegarkan di tengah diskusi tersebut.

Setelah acara dialog kebangsaan selesai Gus Miftah juga menyempatkan diri untuk berdiskusi santai dengan beberapa tokoh pemuda Papua dan Maluku terkait curahan hati mereka selamat tinggal di Yogyakarta dalam bekerja maupun studi.

Demikianlah dialog kebangsaan itu berlangsung begitu luar biasa. Di akhir acara Gus Miftah mengajak semua peserta untuk berfoto dan meneriakkan yel-yel NKRI harga mati dan Yogjakarta istimewa.

Topik Terkait