Jakarta – Wulan Guritno menjadi sorotan usai menggugat sang mantan pacar, Sabda Ahessa, terkait dana talangan bernilai ratusan juta rupiah yang tak juga dikembalikan.
Sebelumnya, ibu Sabda Ahessa tak banyak bicara tentang kasus ini, tapi ia diduga menyindir Wulan Guritno melalui unggahan media sosialnya. Scroll untuk informasi selengkapnya!
Posting Quotes Sindiran
Shanty Widhiyanti, ibu dari Sabda Ahessa, tak langsung merespons atas kasus yang melibatkan sang putra. Dari unggahan story Instagram, ia akan mengirim momen bersama orang terdekat dan quotes-quotes bijak.
Namun, quotes yang ia kirim belum lama ini diduga kuat menyindir Wulan Guritno, mantan kekasih sang putra. Tak hanya Wulan, ia juga mengecam orang-orang yang menghakimi sang anak.
Dalam unggahannya ini, Shanty Widhiyanti menyinggung bagaimana orang-orang akan selalu menghakimi walaupun mereka tak paham apa yang dialami oleh seseorang.
"Jangan berharap orang memahamimu. Mereka suka menghakimi dan berbicara seolah mereka tahu apa yang Anda alami," bunyi quotes yang diunggah ibu Sabda Ahessa ini, dikutip dari Lambe Turah pada Senin, 4 Maret 2024.
“Kenyataannya mereka tidak melakukannya. Tidak ada yang melakukannya karena mereka tidak berada di posisi Anda. Jadi jangan merasa frustasi ketika mendengar komentar mereka. Yang Maha Kuasa tahu. Tersenyumlah dan lanjutkan hidup,” lanjut isi kutipan tersebut.
Kecam Netizen
Melalui quotes-quotes ini, Shanty Widiyanti menyampaikan amarahnya pada netizen. Ia blak-blakan menulis bahwa ia mengunggah kutipan tersebut untuk mereka yang selalu berkomentar tanpa tahu kejadian sebenarnya.
"Buat yang suka judge dan komen tapi nggak tahu yang sebenarnya," tulis ibu Sabda Ahessa ini.
Jika kamu belum tahu, Sabda Ahessa berusia 15 tahun lebih muda dari Wulan Guritno saat mereka masih pacaran. Banyak pihak mendukung hubungan ini, tapi keduanya berpisah tanpa alasan yang diketahui.
Kini, Wulan Guritno pun mengajukan gugatan perdata terkait dana talangan yang sebelumnya dia berikan untuk keperluan renovasi rumah Sabda senilai Rp396 juta. Ini belum termasuk kerugian material sebesar Rp100 juta dan biaya keterlambatan Rp10 juta. (bbi)
