IntipSeleb – Ernest Prakasa membahas soal isu rasisme. Memang, akhir-akhir ini hastag BlackLivesMatter tengah heboh di kalangan jagat maya. Semua ini berawal saat salah satu pria berkulit hitam George Floyd meninggal dunia akibat ulah polisi di Amerika Serikat.
Tak hanya ramai di negeri Paman Sam, Tanah Air pun turut merasakan duka yang mendalam atas kasus tersebut. Mengaku sebagai korban, Ernest Prakasa menyarankan agar masyarakat luas mengatasi masalah rasisme dengan cara yang sederhana. Apa itu? Simak ulasan berikut.
Baca Juga: Salmafina dan 4 Seleb Non Muslim Ucapkan Selamat Ramadhan 2020
Ernest Prakasa jadi korban rasisme
Aktor sekaligus sutradara Ernest Prakasa terbilang cukup sering menanggapi isu yang sedang ramai. Salah satunya soal rasisme yang menimpa George Flyod di Amerika Serikat.
"Ini menandai serangkaian rasisme di Amerika Serikat, dimana warga kulit hitam dipersepsikan lebih kriminal oleh kepolisian, sehingga mereka cenderung berbuat lebih keras bahkan terkadang mematikan terhadap mereka," kata Ernest Prakasa dikutip IntipSeleb lewat tayangan Instagram TV yang diunggah pada Rabu, 3 Juni 2020.
Sebagai korban rasisme, ayah dua anak itu awalnya benci terhadap orang yang menghinanya karena lahir sebagai keturunan Tionghoa. Padahal, ras yang dimilikinya itu bukan pilihan Ernest sendiri. Pengalaman mendapat perlakuan berbeda karena terlahir Tionghoa itu tertuang dalam sebuah judul film Ngenest.
"Ketika tumbuh besar gue mikir, salah gue apa sih? Gue gak salah apa-apa, gue cuma salah lahir aja gitu, lahir China sampai mati gue akan jadi China. Dan gue mengalami diskriminasi karena sesuatu yang gak gue pilih," ujarnya.
Tapi semakin tumbuh dewasa, pemeran Susah Sinyal itu semakin mempelajari kenapa dirinya diperlakukan rasis hanya karena berbeda dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Saran Ernest Prakasa
Melanjuti bahasan soal isu rasisme yang sangat kompleks, komedian 38 tahun itu menjelaskan perbedaan rasis di Amerika Serikat dan di Indonesia. Kata Ernest, setiap negara memiliki akar sejarah tersendiri mengapa diskriminasi itu muncul kepada mereka yang dianggap tidak sama.
"Bahkan rasisme di Amerika dan di sini juga beda, maksudnya terhadap warga kulit hitam di sana 'oh orang kulit hitam itu kriminal atau cenderung berbuat kekerasan', sementara rasisme sama orang China di Indonesia itu 'oh orang China itu pelit, ekslusif, gak mau bergabung sama pribumi dan lain sebagainya' dan ini akar sejarahnya masing-masing berbeda," tuturnya.
Ernest merasa bingung karena rasisme cenderung muncul kepada mereka yang belum mengenal dekat orang yang berbeda tersebut. Untuk mengatasi masalah rasis, Ernest menyarankan cara yang sederhana yakni berteman baik dengan orang yang berbeda.
"Menurut gue bukan gue bilang bahkan 'jangan ikutan Black Lives Matter' tapi yang lebih bagus lagi ini adalah isu yang sangat kompleks, tidak bisa dibantu atau dipecahkan dengan membanjiri dengan meme dan hastag, bagus untuk awareness tapi gak cukup, caranya dengan mulailah dengan hal yang sederhana yaitu bergaul dan berteman dengan orang yang berbeda," pungkas Ernest Prakasa.