“Suatu hari kami merasa kekurangan figuran dan saya merasa kekurangan figuran dan saya merasa permintaan akan jumlah serta seperti apa pakaian mereka sudah terdata setidaknya H-2 sebelum produksi. Saya pernah memaksakan shooting dengan jumlah figuran terbatas, hasilnya buruk dan tentu saja nama saya ada dalam tekanan dan catatan. Makanya saya memaksa untuk menggenapi jumlah sesuai dengan kesepakatan,” ujar Andibachtiar.
Adanya masalah tersebut membuat Andibachtiar kesal. Namun, ia tetap meyakini kalau saat itu ia tidak menampar kru perempuan tersebut, melainkan mendorong.
“Saya kesal dan memaksa talent coordinator (sebut saja 'kru') untuk melengkapi jumlah, saya dorong agar menjauh karena saya sangat kesal. Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN,” jelas Andibachtiar.
Setelah kejadian itu, proses syuting dilanjutkan. Namun, tiba-tiba ia dihampiri oleh orang tua dari kru perempuan itu.
"Saya ingat betul saat itu selain tentu menyampaikan maaf, saya juga bilang bahwa, 'Mungkin dorongan saya terlalu keras, saya minta maaf,' si bapak tampaknya tidak terima," cerita Andibachtiar Yusuf.
Setelah meminta maaf, ia mengaku bahwa sang ayah kru tersebut tidak terima dan memaksa untuk terus berbicara dengannya. Namun, ia harus menyelesaikan pekerjaannya dan akhirnya mengabaikan masalah tersebut.