img_title
Foto : Ig

IntipSeleb – Tanhaji: The Unsung Warrior terus mengukuhkan posisinya sebagai film box office di awal tahun 2020 ini. Dibintangi oleh pasangan suami istri Ajay Devgan dan Kajol, film India yang berfokus pada sejarah ini diangkat dari salah satu kisah pejuang heroik bernama Chhatrapati Shivaji Maharaj yang merupakan pendiri Kekaisaran Maratha. 

Film ini telah memasuki minggu ketiga penayangan dan keuntungan yang diraup semakin fantastis. Menurut sebuah laporan di Box Office India, Tanhaji: The Unsung Warrior disebut-sebut mampu menjadi film keempat sepanjang sejarah yang mampu mengumpulkan lebih dari 40 juta crore pada minggu ketiga.

Meski demikian, ternyata jalan cerita dalam Tanhaji: The Unsung Warrior yang menekankan pada fakta sejarah mendapat kritikan dari para ahli. Disebutkan bahwa film ini membeberkan informasi tidak benar. Dilansir dari EurAsianTimes, berikut adalah 8 kejanggalan dalam film Tanhaji: The Unsung Warrior.

Perang Hindu-Muslim

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Setu Madhavrao Pagdi mengatakan bahwa semua pertempuran bersifat politis di sebuah wilayah tidak benar-benar terbagi menjadi kaum Hindu dan Muslim. Dan jika itu benar terjadi, maka semua umat Hindu harus pergi ke Shivaji Maharaj dan semua kaum Muslim, menuju Mughal.

Namun, secara historis ini tidak terjadi. Udaybhan adalah seorang Rajput yang berperang atas nama Aurangzeb dan bersamanya, 500 tentara Rajput kehilangan nyawanya dalam perang itu. Sejarawan kontemporer Krishnaji Anant Sabhasad menulis, "500 Rajput tewas."

Dalam film, Udaybhan dan pasukannya ditampilkan dengan pakaian Muslim, untuk menunjukkan bahwa pertempuran itu terjadi antara orang Hindu dan Muslim. Ini jelas merupakan upaya untuk mempolarisasi umat Hindu dan Muslim. Selain itu, ditampilkan pula bahwa pertempuran antara Tanhaji dan Udaybhan yang berada di saffron versus hijau (warna agama umat Islam).

Istilah ‘Marda’ Mavla

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Dalam film ini, karakter Tanhaji dipanggil dengan sebutan Marda Mavla yang berarti prajurit yang kuat. Namun dalam sejarah, kata-kata tersebut tidak pernah ada. Berdasarkan penelitian sejarah, kata ‘Mavla’ memang sempat dipakai sehari-hari. Namun kata ‘Man’ lebih sering digunakan dalam film. Ternyata itu merupakan salah satu bentuk diskriminasi terhadap gender, yang membedakan antara pria, wanita, dan transgender.

Menyembah Jijamata

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Film ini menunjukkan adegan di mana komandan Muslim memasuki benteng dan mencegah Jijamata untuk menampilkan puja. Komandan meminta mereka untuk membersihkan benteng. Pada kala itu, Jijamata bersumpah bahwa dia tidak akan memakai alas kaki sampai Marathas memenangkan Kondhana lagi. Adegan ini tidak pernah disebutkan dalam sejarah.

Cincin Hidung

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Bahkan jika kita memberikan kebebasan sinematik, bagaimana mungkin istri Tanhaji mengenakan cincin hidung? Para wanita Maratha pada abad pertengahan tidak pernah memakai aksesori tersebut. Dari sudut pandang filosofis ulama Sharad Patil, dapat dikatakan bahwa film ini menekankan pada prinsip-prinsip Brahmanis.

Istana Milik Tanhaji

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Sebuah istana besar milik Tanhaji juga ditampilkan dalam film. Awalnya, Shivaji Maharaj menciptakan negara (Swarajya) dengan memobilisasi tentara dari keluarga biasa. Tanhaji juga seorang komandan yang berasal dari latar belakang yang sederhana. Dia bukan dari garis keturunan feodal.

Tanhaji Melempar Kruk ke Shivaji Maharaj

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Tanhaji Malusare sangat mencintai Shivaji Maharaj dan Swarajya. Dia juga menghormati Jijamata. Namun dalam film, ada scene di mana Tanhaji menghina Shivaji Maharaj dengan melemparkan kruk ke arahnya. Tidak ada referensi sejarah untuk kejadian ini.

Kisah Malusare​

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Tidak ada referensi sejarah yang menyebutkan ketika Tanhaji dan Udaybhan terlibat dalam perang, Tanhaji kehilangan tangan kanannya. Menurut Krishnaji Anant Sabhasad, tameng Tanhaji benar-benar rusak.

Setelah pertempuran sengit, keduanya mati, setelah itu Shelar Malusare bertarung mati-matian. Namun sayang, adegan ini tidak ditampilkan dalam film. Ada terlalu banyak imajinasi dalam film daripada kenyataan. Sang sutradara juga bisa menggunakan kebebasan sinematik untuk menjelaskan keberadaan paman Shelar Mama Tanhaji.

Sebuah mitos juga dikemukakan bahwa Pisal adalah pengkhianat. Ditunjukkan dalam film bahwa Chandraji Pisal mengkhianati Shivaji Maharaj dan membantu Mughal. Kejadian ini tidak terkait dengan sejarah dan ini dianggap mencemarkan nama baik keluarga Pisal.

Kejanggalan Karakter Shivaji Maharaj and Tanhaji 

TanhajiSumber Foto: Istimewa

Karakter Shivaji Maharaj dan Tanhaji dalam film ini sebenarnya tidak akurat dalam merepresentasikan kepribadian asli mereka, yang malah terkesan membosankan. Shivaji Maharaj dan Tanhaji adalah sosok yang patuh, gesit, dan kuat. Tapi dalam film, mereka justru terlihat lemah. 

Secara keseluruhan, kebebasan sinematik telah digunakan secara sembrono untuk menggambarkan sejarah Maratha dalam film Tanhaji: The Unsung Warrior. Hal ini dinilai merendahkan perjuangan Tanhaji Malusare untuk kesejahteraan rakyat dan menggunakannya untuk agenda nasionalisme oleh para ahli sejarah. 

Topik Terkait