Yudiana menjelaskan, kanker prostat pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi pasien akan merasa ada gangguan kencing, disfungsi ereksi atau impoten. Sementara pada stadium lanjut pasien akan merasakan gejala seperti nyeri tulang, patah tulang hingga lumpuh.
"Jika sudah ditemukan stadium lanjut maka kualitas hidupnya akan jelek. Karena pasien-pasien dengan kondisi sudah menyebar atau stadium lanjut akan banyak muncul gejala terutama gejala kencing, nyeri tulang, patah tulang atau lumpuh karena ada penyebaran ke saraf belakang," kata Yudiana.
Ia menjelaskan faktor resiko terkena kanker prostat antara lain, faktor umur, ras Afrika dan Amerika serta riwayat keluarga.
"Pengaruh ras, etnik atau suku itu lebih ke arah yang pertama internal. Artinya dari genetiknya. Yang kedua eksternal itu dari lingkunganya. Misalnya ada ras China yang tinggal di China dan Ras China yang tinggal di Amerika ternyata ada perbedaan resiko mengalami kanker prostat karena lingkunganya berbeda misalnya kebiasaanya. Sama juga dengan Ras Afrika," ujarnya.
Ia menyebut, anggapan bahwa kanker prostat pada pria dewasa disebabkan karena jarangnya hubungan seksual hanyalah mitos.
"Itu mitos. Jadi bukan masalah jarang dipakai atau enggaknya ya. Jadi lebih ke hubungan multi partner," ucapnya.
Screening untuk pemeriksaan kanker prostat bisa dilakukan dengan cara pemeriksaan darah atau Prostate Specific Antigent (PSA) dan pemeriksaan lewat anus.