img_title
Foto : Instagram/@solehsolihun

“Dan ketika saya harus mengedit tulisannya karena ruang di majalah yang terbatas, maka saya berkunjung ke rumahnya di Cipinang. Kami bernegosiasi. Saya bawa laptop. Saya ketik ulang naskah itu di depannya. Di rumahnya hanya ada mesin tik besar di ruang tengah,” sambungnya.

Soleh kemudian tawar menawar tentang kalimat yang ditulis Remy. Menurutnya, pengalaman tersebut adalah pengalaman tak akan terlupakan.

“Lalu saya melakukan tawar menawar soal kalimat yang ditulisnya. Saya edit di laptop, kami baca bersama-sama. Pokoknya memastikan Sylado merasa makna tulisan tetap sama. Begitu terus sampai saya dapat jumlah kata yang aman buat halaman di majalah,” katanya.

“Sungguh pengalaman yang surealis dan tak akan terlupakan. Mengedit karya sastrawan besar sambil tawar menawar soal tulisannya. Selamat jalan Yapi Panda Abdiel Tambayong,” pungkas Soleh Solihun tentang mendiang Remy Sylado.(prl).

Topik Terkait