img_title
Foto : Instagram/@ernestprakasa

IntipSeleb – Ernest Prakasa ikut menanggapi video viral oknum pegawai Starbucks yang melakukan pelecehan seksual melalui kamera CCTV pada seorang pelangggan perempuan. Video singkat itu langsung menuai kecaman. Tapi sayangnya, tidak sedikit dari mereka yang justru menyalahkan sang korban dengan mengatakan pakaian mini yang dipakainya memancing pelaku melakukan pelecehan seksual.

Hal ini tampaknya mencuri perhatian Ernest Prakasa. Melalui video di Instagramnya, Ernest justru mematahkan tuduhan-tuduhan netizen dengan fakta yang cukup mengejutkan. Karena ternyata, pelecehan seksual juga banyak terjadi pada wanita yang memakai pakaian tertutup bahkan pada wanita berhijab. Berikut ulasannya.

Baca juga: Ernest Prakasa Sindir Giveaway Penipuan, Baim Wong Beri Bukti

Ernest Beberkan Fakta Korban Pelecehan

Twitter/@ernestprakasa
Foto : Twitter/@ernestprakasa

Ernest Prakasa memberikan reaksi keras soal tuduhan netizen yang mengatakan kalau pakaian mini memicu terjadinya tindakan pelecehan. Di Twitter-nya, komika sekaligus sutradara ini lantas membagikan poster tentang hasil survey tindakan pelecehan di ruang publik yang dilakukan sejumlah lembaga dari 62 ribu responden di seluruh Indonesia. 

Ernest Prakasa membeberkan sebanyak 18 persen pelecehan terjadi pada mereka yang memakai rok dan celana panjang. Sementara 17 persen terjadi pada korban yang memakai hijab. Aksi pelecehan itu juga banyak terjadi di siang dan sore hari yakni sebesar 35 dan 25 persen sementara malam hari sebesar 21 persen.

Salahkan Otak Pelaku

Viva.co.id
Foto : Viva.co.id

Suami Meira Anastasia ini pun menegaskan tindakan pelecehan itu bukan karena pakaian yang digunakan korbannya, melainkan karena otak pelaku itu sendiri. Dia pun membantah analogi kekerasan seksual yang mengatakan ada asap, ada api hingga ada gula, ada semut. Menurut Ernest, hal tersebut sangatlah berbeda dengan tindak pelecehan.

"Jadi kalau selama ini lu mikir bahwa kekerasan seksual itu identik dengan pakaian yang seksi, yang mengumbar bentuk tubuh, ternyata tidak. Jadi ternyata karena apa kalau bukan pakaian korban? Ya karena otak pelaku. Pelakunya yang salah titik," kata Ernest melalui video di IGTV pada Kamis, 2 Juli 2020.

"Soal analogi enggak ada asap enggak api, itu kan reaksi alami, pokoknya itu terjadi dengan sendiri, enggak ada proses decision making disitu. Ada gula, ada semut, ya itu insting survive, dia butuh gula buat makan. Sekarang misalnya ada cewek seksi, ada cowok terangsang, salah enggak cowoknya? Menurut gua enggak karena itu natural. Itu insting. Tapi pertanyaannya, follow up-nya apa? Apa yang dilakukan sama cowok ini?," sambungnya.

Di saat itu lah yang membedakan manusia dengan hewan. Karena manusia akan melakukan tindakan berdasarkan dengan lokasi dan hati nurani yang bisa membedakan hal yang baik dan juga yang buruk. Bukan hanya berdasar pada nafsu semata.

'Wah seksi banget, nafsu gua', terus apa? Ini yang ngebedain manusia sama binatang enggak sih. Decision making ini, ada proses pengambilan keputusan berdasarkan logika dan hati nurani. Di situ kan bedanya kita sama hewan? Kita tahu apa yang boleh apa yang enggak. Ada batasan antara baik dan buruk, norma, moral dan etika. Itu kan yang enggak ada di binatang? Jadi gua cuma mau pesan educate yourself," tandas Ernest Prakasa.

Topik Terkait