img_title
Foto : Instagram/dr.richard_lee

Zat-zat kimia itu semua harus sama-sama diamankan, sehingga masyarakat terbebas dari hal-hal yang berbahaya,” ucapnya.

Untuk plastik misalnya, menurut Zainal, sebenarnya yang berbahaya itu bukan plastiknya melainkan bahan lain yang bukan plastik yang ada di dalam plastik itu.

Itu kan sebenarnya bahan baku, cuma tidak 100 persen bahan bakunya terproses. Jadi ada yang tersisa. Nah, yang tersisa itu dibatasi jumlahnya supaya masih aman. Jadi, baik di plastik PET maupun PC pasti ada sisa-sisa bahan bakunya yang tidak terproses 100 persen. Karenanya, semua kemasan plastik ini harus diperlakukan sama,” katanya.

Anggota Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), Hermawan Seftiono, juga menyampaikan jika tidak ada pengawasan yang berimbang terhadap semua kemasan plastik, itu bisa membuat polemik tidak hanya di masyarakat tapi juga di kalangan ilmuwan dan juga pakar-pakar terkait.

“Ini bisa berbahaya karena dikhawatirkan masyarakat nantinya akan menganggap kemasan yang satu lebih aman dibanding yang lain. Padahal, di semua kemasan plastik itu ada zat berbahayanya seperti asetaldehid, antimon, etilen glikol, dietilen glikol, BPA, dan lain-lain,” ucapnya.

Topik Terkait