Foto : Berbagai sumber

IntipSeleb Lokal – Usai resmi ditahan sebagai tersangka kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mengakibatkan sang istri terluka, Ferry Irawan menuliskan surat cinta untuk Venna Melinda. Ferry berharap agar bisa berdamai dan menjalin hubungan rumah tangga.

Dalam surat itu, ia juga mengharapkan ibu Verrell Bramasta melihat ibu Ferry yang kini dikabarkan sakit. Lantas, seperti apa pandangan psikolog dan pakar ekspresi atas surat cinta Ferry? Yuk disimak!

Disebut Playing Victim

Foto : Youtube.com/Intens Investigasi

Seorang psikolog, Zoya Amirin yang menyoroti surat cinta Ferry Irawan untuk Venna Melinda menyebut tak ada ketulusan dalam surat cinta tersebut. Bahkan, Zoya mengungkapkan apa maksud Ferry membuat surat itu.

"Saya tidak melihat ketulusan dalam surat cinta itu," kata Zoya Amirin, dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Rabu, 18 Januari 2023.

"Itu adalah surat untuk mencari pembenaran," lanjutnya.

Zoya menyebut Ferry masih mengharapkan bisa kembali dengan Venna, tapi dengan cara melakukan playing victim dengan bertindak seolah-olah korban yang harus dimengerti.

"Supaya balik seharusnya kamu lakukan sesuatu dong," ujar Zoya.

"Inikan playing victim. Seolah-olah 'saya korban, lihat ibu saya sampai sakit'," lanjutnya.

Jadikan Ibunya Sandera

Foto : Youtube.com/Intens Investigasi

Di sisi lain, pakar ekspresi, Kirdi Putra juga mengungkapkan pandangannya melihat aksi Ferry Irawan yang membuat surat cinta. Meski ekspresinya belum dapat dipastikan valid, tapi ucapan yang disampaikan Ferry sudah cukup menggambarkan.

“Ekspresi wajah itu tidak bisa terlalu valid karena tertutup masker. Tapi, dari kata-kata yang diucapkan (Ferry) sudah jelas bahwa masih ada excuse (alasan),” ujar pakar ekspresi itu.

“Permintaan maaf yang tulus, ditandai dengan 3 hal. Pertama, siapa yang meminta maaf dan kepada siapanya. Dalam hal ini ia mengakui dirinya yang meminta maaf dan ditujukan kepada siapa sudah jelas. Tapi, yang ketiga, ketika menyatakan alasan kenapa ia meminta maaf, itu nggak jelas, kata-katanya ngambang semua. Nggak segalak kuasa hukumnya, sebelum dia ditahan,” lanjutnya.

Senada dengan psikolog, Zoya Amirin, Kirdi juga menyoroti sikap Ferry yang membawa-bawa sang ibu seolah jadi ‘sandera’.

“Kemudian, kita bicara soal hostage situation (situasi penyanderaan). Dia menaruh posisi ibunya sebaai sandera ‘ya kan kalau saya masuk, siapa lagi yang akan mengurus ibu’ dan sebagainya,” ujar Kirdi Putra.

Topik Terkait