Foto : Min.co.id

IntipSelebRamadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Maka tak heran bila suasana Ramadan selalu terasa meriah dan hangat, mulai dari penyambutannya hingga di penghujungnya nanti.

Bahkan, ada tradisi Ramadan tertentu yang kerap dilakukan selama bulan puasa berlangsung. Seolah telah menjadi identitas di bulan Ramadan, tradisi-tradisi tersebut menambah keseruan dan kemeriahan bulan suci ini.

Saking khasnya, tradisi Ramadan zaman dulu seringkali bikin kangen dan itulah yang membuat momen Ramadan selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Bahkan kenangan soal tradisi Ramadan masa kecil menjadi salah satu cerita yang tak terlupakan bagi banyak orang.

Sayangnya, tradisi Ramadan zaman dulu yang meriah tersebut mulai tergerus zaman. Di zaman yang serba digital seperti saat ini, ada banyak sekali tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang.

Hal ini rupanya dirasakan oleh banyak orang. Ketika membandingkan vibes Ramadan sekarang dan zaman dulu yang jauh berbeda, banyak orang lantas sepakat bahwa bulan Ramadan tak semeriah dulu ketika masih kecil.

Kini, kemeriahan Ramadan seolah mulai jarang dirayakan secara kolektif, terlebih setelah pandemi Covid yang mengubah banyak kebiasaan masyarakat. Ada banyak tradisi Ramadan menyenangan yang mulai absen dari peredaran.

Tradisi Ramadan zaman dulu yang semarak dan meriah berkelebat dalam ingatan menyisakan rasa rindu yang mendalam. Seiring dengan pendewasaan usia dan perkembangan zaman yang bergerak begitu cepat, kenangan Ramadan masa kecil bak oase di tengah rutinitas dan kesibukan.

Adakah di antara Inselicious yang merindukan suasana dan tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang? Jika kamu termasuk, yuk scroll selengkapnya untuk nostalgia bersama!

1. Pawai Obor dan menabuh bedug keliling kampung

Foto : TVOneNews

Pawai obor dan menabuh bedug serta kentongan keliling kampung merupakan salah satu tradisi menyambut Ramadan zaman dulu yang digemari masyarakat, khususnya anak-anak. Keseruan menyambut bulan puasa tersebut seolah menjadi sebuah perayaan kolektif di bulan yang mulia.

Tak hanya saat menyambut bulan puasa saja, tradisi Ramadan yang satu ini dulu juga kerap dilakukan ketika berada di penghujung bulan Ramadan, tepatnya pada malam 1 Syawal. Biasanya, pawai obor menjelang lebaran ini juga disertai dengan takbiran guna memeriahkan malam hari raya Idul Fitri.

Sayangnya, kini pawai obor semacam itu mulai jarang dilakukan oleh masyarakat, khususnya di perkotaan. Untuk takbiran sendiri, kebanyakan masyarakat kini melakukannya di masjid-masjid terdekat dengan pengeras suara untuk menyemarakkan malam lebaran.

2. Mengisi buku agenda Ramadan

Foto : Delik.id

Mengisi buku agenda Ramadan merupakan salah satu tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang. Buku agenda Ramadan tersebut meski tipis namun mengandung kenangan yang sangat tebal tentang suasana Ramadan di masa-masa sekolah.

Buku agenda Ramadan biasanya dibagikan oleh sekolah kepada murid-muridnya sebelum Ramadan tiba untuk diisi dengan rangkuman kegiatan dan ibadah selama bulan puasa, mulai dari salat lima waktu, puasa, tarawih, tadarus, hingga pengajian atau khutbah.

Tujuan dari buku agenda Ramadan ini tak lain adalah untuk memotivasi anak-anak agar semakin rajin beribadah dan berlomba-lomba dalam kebaikan dengan teman-teman sebayanya. Hayo, siapa yang pernah mengisi buku agenda Ramadan juga?

3. Berburu tanda tangan imam tarawih

Foto : Min.co.id

Masih berkaitan dengan mengisi buku agenda, tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang selanjutnya adalah berburu tanda tangan imam salat tarawih.

Kolom tanda tangan ustaz atau imam salat tarawih biasanya berdampingan dengan kolom rangkuman isi khutbah yang dibawakan oleh sang imam. Tanda tangan imam tarawih sendiri berfungsi sebagai validasi bahwa si anak benar-benar hadir di masjid untuk salat tarawih dan mendengarkan tausiyah dari ustaz.

Biasanya, setelah tausiyah berakhir dan jamaah tarawih mulai beranjak, anak-anak akan menyerbu dan mengerubuti imam salat sembari menyodorkan buku agenda Ramadan guna mendapatkan tanda tangan. Jika diingat-ingat seru juga ya, Inselicious?

4. Perang sarung

Foto : Bondowoso Network

Perang sarung merupakan salah satu tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang. Pernah fenomenal pada masanya, tradisi ini menjadi permainan andalan anak-anak untuk mengisi waktu menjelang buka puasa atau ngabuburit.

Selain itu, sering kali anak-anak laki-laki melakukannya di sela-sela waktu salat di masjid dengan konteks bercanda. Tak jarang pula, perang sarung dilakukan oleh anak-anak antarkampung tanpa ada unsur perkelahian di dalamnya alias hanya untuk seru-seruan saja.

5. Berkeliling membangunkan sahur

Foto : YouTube

Tradisi Ramadan yang satu ini mulai hilang dari masyarakat meskipun beberapa daerah masih melakukannya. Biasanya, anak-anak hingga remaja akan membawa alat musik seadanya, seperti kentongan bambu, kaleng, hingga drum bekas.

Mereka lantas membunyikan alat musik tersebut sembari berkeliling kampung dengan teriakan khas ‘sahur... sahur’ agar warga tidak terlambat untuk menjalankan sahur. Meski kadang terdengar menjengkelkan bagi orang-orang dengan waktu tidur kurang, tradisi Ramadan zaman dulu ini nggak kalah bikin kangen, lho.

Di beberapa daerah, kini membangunkan sahur cukup dengan pengumuman lewat pengeras suara masjid mulai dari jam 3 pagi dan akan diulangi beberapa kali dalam periode waktu tertentu. Kalau di daerahmu gimana, Inselicious?

6. Jalan-jalan setelah salat subuh

Salah satu tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang dan bikin kangen masa kecil adalah jalan-jalan usai salat subuh berjamaah. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak sepantaran secara beramai-ramai.

Rute jalan-jalannya biasanya juga tidak terlalu jauh, hanya sekitaran kampung ataupun kompleks. Tak terlalu lama, jalan-jalan ini biasanya berlangsung hingga matahari terbit agar anak-ana tak terlalu kelelahan. Terlebih, di hari weekday anak-anak harus bersiap ke sekolah. Jadi, jalan-jalan ini sekaligus menjadi pengusir rasa kantuk yang kerap menyerang saat waktu subuh tiba di bulan puasa.

Yang paling bikin kangen dari tradisi Ramadan masa kecil ini adalah candaan dan obrolan yang muncul saat jalan-jalan dan menjadi momen bonding untuk mempererat pertemanan.

7. Bermain meriam bambu

Foto : TVOneNews

Bermain meriam bambu juga banyak dilakukan oleh anak-anak atau remaja. Biasanya kegiatan ini dilakukan saat untuk mengisi waktu menjelang maghrib atau yang biasa disebut sebagai ngabuburit.

Walaupun kini tradisi Ramadan ini jarang ditemukan, namun permainan meriam bambu ini juga memberikan kenangan tersendiri saat anak-anak pada masanya yang kini telah tumbuh dewasa.

8. TPQ

Foto : NU Online

Biasanya saat bulan Ramadan banyak anak-anak yang lebih rajin mengikuti kegiatan mengaji atau ikut dalam kelas TPQ. Pasalnya, kegiatan yang biasa dilakukan sore hari ini menjadi ajang berkumpul dan bermain bersama teman-teman.

Tak hanya itu saja, usai kelas TPQ berakhir, biasanya anak-anak juga akan mendapatkan jatah takjil yang dibagikan langsung sebelum waktu maghrib tiba.

9. Pesantren Kilat

Foto : Kemenag

Pesantren kilat merupakan salah satu tradisi Ramadan yang mulai hilang. Zaman dahulu, kegiatan ini dilakukan oleh pihak sekolah dan berjalan selama 3-5 hari selama bulan Ramadan.

Dalam kegiatan ini, anak-anak akan diberi banyak pembelajaran terkait agama serta aktivitas-aktivitas menyenangkan dan tak lupa ibadah juga nggak boleh kelewatan.

Anak-anak yang mengikuti pesantren kilat di sekolah akan mengenakan pakaian bebas dan tidur serta beraktivitas di lingkup sekolah. Sementara para guru akan menjadi panitia yang mengawal jalannya aara pesantren kilat hingga akhir.

Nah, itulah sederet tradisi Ramadan zaman dulu yang mulai hilang. Walaupun tradisi menyenangkan tersebut hanya tinggal kenangan, semoga semangat Ramadanmu tetap terjaga, ya Inselicious!

Topik Terkait