Foto : Dens Vision Multimedia

“Saya menggunakan ritme editing dan blocking aktor sebagai alat komedi misalnya adegan ayam jago berkokok setiap kali Mbah Djambrong ingin bicara penting, atau timing takutnya Boiman yang selalu salah momen. Ketegangan dibangun dulu, lalu dilepas lewat humor… setelah mereka tertawa, ancaman horor berikutnya terasa lebih kuat," ujarnya.

Jefan Nathanio, pemeran Raka, mengaku proses "dipaksa percaya" menjadi tantangan besar. Sebagai aktor yang logis, ia harus mencari perspektif yang berbeda.

“Sejujurnya aku tipikal orang yang tidak percaya hal yang nggak realistis, I’m a very logical person,” katanya.

“Tapi ketika memerankan dari POV Raka, aku harus cari dari pandangan yang berbeda. Contohnya, aku tanya teman-teman atau orang yang pernah mengalami hal yang sama. Itu jadi referensi, sekaligus belajar bagaimana mereka menanggapinya karena pasti reaksi orang berbeda-beda,” tambahnya.

Salah satu momen paling nyeleneh namun membuka perspektifnya adalah ritual sangkar ayam.

“Oh ada! Waktu ritual aku masuk sangkar ayam. Jujur, bingung banget konsepnya seperti apa. Tapi karena ini horor komedi, semuanya masih make sense aja. Mungkin yang bisa klarifikasi opung Adi Sudirja, ya,” ujarnya sambil tertawa.

Secara keseluruhan, “Dukun Magang” berhasil menonjolkan atmosfer pedesaan kuat, ritme gesit, dan set-piece mistis yang sangat Indonesia. Film ini juga diramaikan oleh penampilan dari Mo Sidik, Mang Osa, Norma Cinta, Salsabila, hingga special appearance Dodit Mulyanto.

Topik Terkait