img_title
Foto : Freepik/prompirak

Hal ini sebagai bentuk kewajiban untuk mengganti puasa yang telah dibatalkan. Allah sendiri telah berfirman dalam Al-Quran.

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (Q.S Al-Baqarah: 183).

Syarat Membatalkan Puasa Saat Mudik Lebaran

Freepik/wirestock
Foto : Freepik/wirestock

Para ulama memiliki batasan tersendiri mengenai jarak yang dianggap memperbolehkan seseorang untuk tidak berpuasa. Menurut imam Hanafi, seseorang boleh tidak berpuasa ketika berpergian sebanyak 5km.

Menurut Imam Syafii, jarak minimal musafir boleh membatalkan puasa adalah 80km. Imam Malik dan Imam Ahmad menetapkan jarak 88km untuk bisa membatalkan puasa. (hij)

Topik Terkait