img_title
Foto : VIVA/Agus Setiawan

Pada tahun 2014, saat dirinya kuliah di semester awal, dirinya meminta pendapat kepada ayahnya tentang bisnis sepatu agar dirinya bisa membiayai kuliahnya. Kemudian ia mendapatkan beberapa keuntungan karena pengetahuan tentang sepatu telah didapatkan dari sang ayah. Kemudian untuk brand sepatunya, sang ayah memberikan brand lamanya Men’s Republik untuk dijadikan brand sepatunya pada saat itu karena sudah diajukan dan menjadi hak miliknya.

Bisnis Sepatu Paling Susah

Meski dirinya kini terbilang pengusaha yang sukses dengan bisnis sepatunya, ia mengaku jika bisnis sepatu adalah bisnis yang sangat susah. Secara ukuran sepatu paling banyak, modal kerja yang besar, dan juga memakan tempat yang luas. Ia lahir bukan sebagai pebisnis, karena diketahui jika keluarganya tak memiliki background pebisnis. Ia mengaku hanya mengerti tentang sepatu, tapi tak paham tentang bisnis. Sehingga, ia pernah mengalami pasang surut.

Stress Punya Utang Rp1,5 M

Wajar memang bagi pebisnis mempunyai jalan pasang surut, namun karena kegagalan tersebut kebanyakan dari mereka tak mau berbisnis lagi. Berbeda dengan Yasa Singgih, berbagai bisnis pernah ia lakoni sebelum bisnis sepatu ini yang benar-benar pasang surut yang luar biasa.

Bisnis sepatu ini berjalan sejak tahun 2014 saat dirinya masih kuliah. Dalam perjalanan bisnisnya ia pernah mendapatkan penghasilan yang luar biasa. Namun, di periode 2018-2019 adalah masa dimana masa yang paling berat untuk perusahaanya karena gagal produksi.

Saat itu perusahaannya memiliki hutang Rp 1,5 M. Dirinya hanya memiliki barang sepatu, namun tak punya uang. Salah satu cara mendapatkan uang yaitu sale abis-abisan, hingga 80%. Kala itu ia tak sanggup ke kantor. Tidur setiap hari jam 5 pagi dan merenungkan utangnya. Akibatnya stress yang dialaminya berat badannya semakin naik.

Topik Terkait