img_title
Foto : Instagram/ @jeromepolin

"Ya kami sedang mempelajari kasusnya, ada SK Dekan tentang Tata Krama kehidupan kampus, termasuk di dalamnya terkait bagaimana civitas akademika bermedia sosial," ucap akun Twitter resmi @DokterAri.

Prof Ari, pun memberikan tanggapan lebih jauh perihal mencuatnya hal itu. Katanya, langkah bijak dalam menggunakan media sosial adalah dengan menghindari hal yang dianggap buruk dan tidak sesuai dengan norma.

"Apalagi kalau kita menggunakan simbol-simbol yang berhubungan dengan profesi tertentu, misalnya menggunakan baju putih, ada stetoskop lagi di sana. Jelas ini adalah suatu pernyataan adalah dengan background medis atau dokter dalam hal ini," terangnya.

Lebih jauh, ia pun mengaku sudah sempat memperingati mahasiswanya agar berhati-hati dalam bertindak. Karena bisa jadi unggahan tersebut menjadi dampak tidak baik.

"Oleh karena itulah kita memang harus berhati-hati. Saya selalu mengingatkan kepada teman-teman mahasiswa, dengan dokter bahwa kita harus berhati-hati dalam bermedia sosial, kalau memang ada suatu hal yang menimbulkan kontroversi maka itu bisa viral dan diketahui banyak orang dan akhirnya menjadi macam-macam dampaknya," tuturnya.

Ia pun menyoroti kalimat yang dianggap kontroversi oleh netizen yakni 'Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin'.

"Itu kan memang selalu di dalam praktiknya di pelayanan kesehatan, kata-kata itu muncul ketika seorang dokter berkomunikasi dengan keluarga pasien misalnya menyampaikan tentang kondisi suatu pasien yang telah diupayakan di dalam mengatasi permasalahan namun kondisinya belum membaik atau bahkan malah memburuk, itulah yang harus diperhatikan," pungkasnya.(prl).

Topik Terkait