img_title
Foto : Istimewa

Mahasantri harus mencontoh bagaimana kompleksitas dan multidimensional yang dimiliki oleh Syaikhona Kholil,” pesannya.

Kalian ini membawa nama Syaikhona Kholil, menjadi sarjana Ma’had Aly Nurul Cholil, jadi kalau tidak sama perilakunya atau bahkan bertentangan sama sekali dengan Kiai Kholil insyaallah tidak manfaat,” lanjut Gus Men.

Menurut Gus Men, pengalaman Syaikhona Kholil dalam menghadapi perubahan peradaban harus juga menjadi pijakan para mahasantri dalam mengambil peran.

Syaikhona Kholil itu merupakan ulama yang memiliki kemampuan multidimensional yang orang-orang biasa tidak akan pernah bisa memiliki, kiai biasa tidak akan bisa, cucu-cicitnya juga tidak akan bisa,” jelas pria kelahiran Rembang, 7 Januari 1975 itu.

Syaikhona Kholil merupakan seorang ulama ‘alim ‘allamah yang menguasai banyak hal bukan hanya soal-soal keilmuan, geopolitik beliau juga menguasai,” tambahnya.

Syaikhona Kholil, masih menurut Menag Yaqut, melahirkan NU pada 1926. Kelahiran ini, salah satunya, bermula dari pembacaan beliau terhadap kemelut yang sedang dihadapi Tanah Hijaz.

Menag Serahkan Bantuan Pendidikan

Topik Terkait