img_title
Foto : Instagram @laurabas

IntipSeleb – Menjadi seorang ibu, tak mudah bagi para perempuan untuk bisa menyeimbangkan antara waktu untuk mengurus keperluan rumah tangga, merawat anak, dan tetap bekerja. Kesibukan di dalam dan di luar rumah yang tak ada habisnya mampu memicu stres hingga depresi. Tapi hal itu rupanya tidak dirasakan oleh Laura Basuki.

Wawancara dengan Laura Basuki tentang kehidupannya sebagai istri, ibu sekaligus aktris bisa menjadi inspirasi bagi perempuan di luar sana. Yuk intip bagaimana Laura Basuki bisa menjalani work-life balance di tengah hiruk-pikuk dunia entertain.

Mencapai Titik Zen

Instagram @laurabas
Foto : Instagram @laurabas

Aktris Indonesia yang membintangi film Sehidup Semati ini mengaku kehidupannya sejauh ini sudah berada di titik seimbang, sehingga ia tak merasa ada tekanan yang berlebih. Pekerjaannya sebagai aktor adalah bentuk me time yang bisa ia lakukan di sela-sela kesibukannya sebagai seorang istri dan ibu.

“Sebenernya syuting tuh salah satu me time aku juga sih aku bisa ketemu banyak orang, masuk ke karakter yang baru lagi, ngerasain hal-hal baru lagi. Jadi syuting buat aku adalah playground untuk aku bisa ngerasain banyak hal gitu yang aku nggak pernah rasain sebelumnya,” ucap Laura Basuki di Epicentrum XXI di kawasan Kuningan Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Dalam wawancaranya yang lain, Laura Basuki mengaku bahagia bisa mencapai titik seimbang antara kehidupan pribadi dan pekerjaan seperti yang diidam-idamkan banyak orang.

“Sejauh ini bahagia banget sih bisa ngurus anak sambil bisa tetep kerja, masih bisa syuting, jadi balance antara me time di tempat kerjaan sama ngurus keluarga gitu. Dua-duanya dapet,” ungkapnya dalam kanal YouTube USSFeed dikutip pada Kamis, 11 Januari 2024.

Menurut Laura Basuki, pekerjaannya sebagai aktor juga menjadi salah satu faktor tercapainya work-life balance. Berbeda dari syuting sinetron stripping yang tak kenal waktu atau para ibu yang bekerja kantoran, syuting film lebih fleksibel dari segi waktu. Hal itu memudahkannya untuk membagi waktu antara kehidupannya di rumah dan di lokasi syuting.

“Untungnya, kalau film itu paling dua bulan lah sibuknya, persiapan sebulan, syuting sebulan, trus bisa milih kapan mau kerja kapan mau libur, bisa diatur itunya. Mungkin kerjaan lain yang kantoran itu kan lebih pusing ya ngurusnya, karena 9 to 5, setiap hari. Kalau ini aku ya kalau nggak ngambil film ya libur, ngurus rumah, gitu,” sambung lawan main Ario Bayu di film Sehidup Semati itu.

Memilih untuk tidak menggunakan jasa baby sitter, Laura Basuki telah berkomitmen untuk mengurus anaknya sendiri. Ia merasa tak membutuhkan jasa baby sitter lantaran didukung oleh sang suami yang siap siaga dan turut serta dalam mengurus sang putra.

“Aku sejak nikah itu baru punya anak setelah 5 tahun kemudian, jadi udah nunggu-nunggu banget, dan ketika punya tuh pengen ngurus sendiri karena agak cemburu gitu kalau anakku deket sama orang lain, abis itu keterusan sampe sekarang kok ngerasa kayak nggak butuh gitu kan, disupport sama suami juga soalnya ketika aku syuting, dia bantu jagain anak,” jelasnya.

Bertolak belakang dari iklim industri hiburan yang bising dan serba cepat, Laura Basuki memilih untuk menjalani hidup dengan tenang. Hal itu didorong oleh rasa syukur atas kehidupan yang ia jalani saat ini.

Aktris Indonesia peraih tiga Piala Citra itu juga merasa cukup dan sudah mencapai titik zen dalam hidup, dan di situlah peran akting muncul sebagai pemberi warna dan gejolak dalam hidupnya yang tenang.

“Slow living banget. Peran juga ambil yang suka aja, udah nggak punya target apa-apa lagi dalam hidup rasanya. Ngerasain ada di titik balance di usia 25 kayaknya. Karena nikah muda banget kan, 23 nikah terus ngerasa ‘Oh sama suami hidupnya tenang banget, kerjaan juga syuting menyenangkan banget’ gitu. Kayaknya udah nggak ada mimpi apa-apa lagi,” ungkap Laura Basuki.

“Zen banget. Makanya butuh main film karena keluarga tenang banget, butuh kayak gejolak-gejolak lagi gitu, lho,” pungkasnya.

Burnout Syndrom Pada Working Mom

Freepik
Foto : Freepik

Menjadi seorang ibu bukanlah tugas yang mudah. Ibu dituntut memiliki manajemen waktu yang baik agar bisa menjalankan tanggung jawab dalam mengurus anak dan kebutuhan rumah tangga. Belum lagi jika berperan sebagai working mom atau ibu pekerja yang masih memiliki pekerjaan di luar rumah.

Banyaknya aktivitas yang diemban oleh seorang ibu tak jarang membuatnya kelelahan dan stres. Stres yang berlebihan juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yaitu burnout syndrome.

Menurut WHO, burnout syndrome merupakan kondisi kronis yang biasa dialami ibu akibat pekerjaannya. Kondisi itu tak hanya menyebabkan kelelahan secara fisik dan emosional, tapi juga meningkatkan sinisme dan menurunkan efektivitas pekerjaan.

Patut diketahui, perempuan tidak seharusnya dituntut untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah sendirian. Oleh sebab itu, penting untuk berbagi peran domestik bersama pasangan atau anggota keluarga lain.

Selain itu, tips yang bisa dilakukan adalah manajemen waktu yang baik. Seorang ibu, terlebih para working mom harus pandai menentukan skala prioritas. Pada titik ini, seorang ibu dituntut untuk pandai bernegosiasi dalam hal pekerjaan dan pada anak di rumah.

Ibu pekerja atau working mom bisa memanfaatkan waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama anak dan keluarga. Sesekali, para ibu bisa memberi waktu untuk diri sendiri agar kesehatan mental dan emosional tetap terjaga.

Bagi para ibu pekerja yang kesulitan mengatur waktu untuk keluarga, pekerjaan dan diri sendiri, Laura Basuki memberikan contoh bahwa hal itu bisa dilakukan dengan mengetahui kapasitas diri, mengatur skala prioritas, pembagian peran serta negosiasi yang baik. Kesehatan mental adalah investasi jangka panjang yang wajib diperhatikan agar terhindar dari burnout hingga depresi.

Topik Terkait