img_title
Foto : Twitter/MahyarTousi

IntipSeleb Lokal – Presidensi G20 atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Indonesia telah selesai diselenggarakan. Acara kerja sama multilateral itu telah dilaksanakan pada 15-16 November 2022.

Namun, momen kepala-kepala negara mengenakan Batik mendapatkan olok-olok dari Mahyar Tousi, YouTuber asal Inggris. Lantas, seperti apa? Yuk simak artikelnya!

Hina Batik

Berbagai sumber
Foto : Berbagai sumber

Mahyar Tousi, YouTuber asal London mengolok-olok Batik. Hal ini bermula dari sejumlah kepala negara yang menghadiri KTT G20 di Bali. Dengan unggah potret kepala negara yang memakai batik, Mahyar heran apa yang dikenakan oleh mereka.

“Apa yang dipakai para idiot ini?!” cuit Mahyar Tousi di Twitternya pada 16 November 2022 lalu.

Langsung saja, cuitan Mahyar Tousi memicu kemarahan Indonesia karena dianggap telah menghina Batik. Ia pun menghapus cuitan itu, tapi netizen lebih cepat mengabadikan cuitan itu dengan tangkapan layar.

Menilik Instagram @opposite6890.bytes, nomor WhatsApp diduga milik Mahyar Tousi tersebar. Akun itu seolah mengajak warga Indonesia untuk menyerangnya.

“Belum tau dia sama Netizen +62. Serang WA nya, Virtex-Labalabi-Pycharm. wa.me/+447714278709. @mahyar_tousi,” ungkap akun tersebut.

Klarifikasi

Sadar cuitannya dapat kecaman keras, Mahyar Tousi beri klarifikasi. Ia mengaku mendapatkan sejumlah ancaman pembunuhan dan pesan dari warga Indonesia. Mahyar mengaku bukan mengolok-olok budaya Batik, hanya mengkritisi politikusnya.

“Menindaklanjuti sejumlah ancaman pembunuhan dan pesan dari warga negara Indonesia dan pejabat pemerintah, saya ingin menyampaikan foto yang diposting di media sosial oleh banyak dari kita di Inggris yang telah menyebabkan pelanggaran di Indonesia… (1/3),” ungkapnya.

Kami biasanya menemukan politisi kami menjadi panutan kelompok dan budaya untuk tujuan PR… ngeri dan berusaha keras. Tidak ada maksud untuk menyinggung tradisi budaya manapun. Kami akan mengkritik politisi bahkan jika mereka mengenakan hoodie London timur hanya untuk "berhubungan" dengan daerah tersebut. (2/3),” lanjutnya.

Mahyar Tousi menegaskan menghargai semua budaya dan tradisi unik yang dimiliki setiap negara. Menurutnya, budaya dan tradisi tidak boleh dihina atau dimanfaatkan oleh politisi atau selebritis untuk tujuan mencari perhatian.

“Semua budaya dan tradisi memiliki karakteristik uniknya masing-masing dan tidak boleh sembarangan dihina, atau dimanfaatkan oleh politisi dan selebritas untuk tujuan mencari perhatian. (3/3),” tutup Mahyar Tousi.(prl).

Topik Terkait